Banyaknya antek asing pro neoliberalisme di internal PDI Perjuangan (PDI P) dinilai telah menjamur. Sebab, kebijakan pemerintahan Jokowi tidak lagi berpihak kepada kepentingan bangsa dan negara, termasuk rakyat kecil.
Politisi PDI P Effendi Simbolon mengatakan, sikap PDI P mendukung kebijakan pemerintahan Presiden Jokowi telah lari dari jalur cita-cita partai. PDI P sebagai partai oposisi yang selama ini bertentangan dengan sistem neolib.
"Ternyata neolib bukan saja di pemerintahan SBY, di PDI P sendiri juga banyak yang neolib," kata Effendi di Jakarta, Senin, 26 Januari 2015.
Hal itu, kata Effendi, dapat dilihat ketika partai berlambang banteng moncong putih itu mendukung kebijakan Jokowi soal kenaikan harga BBM bersubsidi.
"Ketika mulai start saja kebijakan ekonomi (pemerintahan Jokowi) di bidang energi kok neolib banget," tegas anggota Komisi VII DPR yang membidangi energi itu.
Meski Jokowi telah kembali menurunkan harga BBM, Effendi tetap meyakini bahwa pemerintahan Kabinet Kerja itu telah disusupi para antek asing.
"Andi Widjajanto, Rini Sumarno, Sofyan Djalil, dan masih banyak lagi para neolib," tegas Effendi.
Semestinya, kata Effendi, pemerintahan Jokowi memperjuangkan apa yang menjadi cita-cita PDI P. Sebab, Jokowi terlahir dari tubuh partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu.
"Seyogyanya ini kan kabinet PDIP, sehingga plarform PDIP yang diperjuangkan. Maka saat itu juga harus diimplementasikan dengan Nawacita, dan Trisakti. Jangan-jangan Jokowi tidak paham dengan Nawacita dan Trisakti itu," tandasnya.
Untuk diketehui, neoliberalisme adalah paham ekonomi yang mengutamakan sistem kapitalis perdagangan bebas, ekspansi pasar, privatisasi (penjualan BUMN), deregulasi/penghilangan campur tangan pemerintah, dan pengurangan peran negara dalam layanan sosial (public service) seperti pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.
Neoliberalisme dikembangkan tahun 1980 oleh IMF, Bank Dunia, dan Pemerintah AS (Washington Consensus). Bertujuan untuk menjadikan negara berkembang sebagai sapi perahan AS dan sekutunya.
--------
Pernyataan Effendi Simbolon ini menambah panjang daftar politisi PDI P yang secara terang-terangan menyerang partai berlambang banteng bermoncong putih ini. Setelah Hasto Kristiyanto, yang membuat blunder dengan mengisahkan pertemuan rahasia elite PDI P dengan Ketua KPK Abraham Samad, dan Jokowi yang kini mulai nampak berani melawan kehendak PDI P.
Apakah ini tanda bahwa akan ada upaya menghabisi PDI P secara sistematis? [*/fs]