Sejumlah wartawan Indonesia bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu, Senin (28/3/2016). Pertemuan tersebut bocor ke publik setelah Kementrian Luar Negeri Israel memposting pertemuan tersebut melalui situs resmi Kemenlu Israel mfa.gov.il.
Dalam situs Kemenlu Israel tersebut nampak juga wajah-wajah delegasi wartawan asal Indonesia yang memperlihatkan wajah bangga dapat bertemu langsung dengan Netanyahu. Mereka adalah Abdul Rakhim (Jawa Pos), Yustinus Tomi Aryanto (Tempo), James Luhulima (Kompas), Margareta (MetroTV).
Pertemuan mereka dengan Netanyahu, pemimpin negara zionis yang bertanggung jawab atas penyerangan Gaza (2014) yang menewaskan ribuan warga Palestina itu, menjadi perbincangan menarik di salah satu group WA jurnalis termasuk di social media mulai soal, apakah mereka melanggar kode etika jurnalistik, karena kedatangan mereka ke Israel atas undangan Kemenlu Israel, yang tentu saja semua biaya ditanggung oleh pihak Pemerintahan Israel, hubungan diplomatik Indonesia-Israel yang hingga kini belum terbangun termasuk soal empati pada penderitaan rakyat Palestina.
Netanyahu sendiri dikenal sebagai pemimpin yang sangat kejam, pada awal Juli 2014 Netanyahu menginstruksikan militer Israel untuk menyerang Jalur Gaza dan ribuan nyawa bangsa Palestina meninggal dunia. Tercatat lebih dari 2.200 warga Palestina tewas dengan korban mayoritas anak-anak dan 11.100 cedera selama 50 hari agresi militer Israel tersebut.
Menurut Dian Islamiati Fatwa (jurnalis yang pernah bekerja di RCTI, NOS-TV Belanda dan Radio Australia siaran bahasa Indonesia), Israel itu dari dulu demem undang wartawan seluruh dunia, sebagai bagian dari PR (public relation).
Sebaliknya jika tak melalui jalur pemerintah Israel akan terasa sulit menembus bumi Palestina. "Saya dulu ke Al Aqso lewat Jordan dan di imigrasi (Israel) saya dilucuti. Pedih banget membayangkan perjuangan rakyat Palestina yang dicurigai terus menerus," kata Dian Fatwa..
Pertemuan tersebut juga mendapat tanggapan dari Abdillah Onim (Jurnalis Indonesia yang sekarang berdomilisi di Gaza), wajah Onim lumayan dikenal oleh publik Indonesia, karena rajin memberikan report atau laporan tentang Palestina baik melalui TV One maupun melalui social media Facebook, kemarin Onim memperkenal portal berita baru yang didedikasikan untuk membantu disiminasi informasi dan berita seputar Palestina melalui situs suarapalestina.com.
Berikut komentar Onim yang dikutip dari wall facebooknya:
"Wartawan di Palestina Menyisihkan Uang Pribadi Untuk Mendukung Perjuangan Rakyat Palestina, waktu bahkan nyawa taruhannya - ini namanya wartawan beretika.
(Namun) Ada wartawan menamakan wartawan Indonesia mencari nafkah menghidupi keluarga, haus image dan Justru cari makan di tanah Yahudi, ini namanya wartawan gagal paham - belum pernah liputan di Gaza.
Banyak NGO Indonesia dan generasi Indonesia yang mengharumkan nama baik Indonesia dg dukungan Perjuangan Rakyat Palestina artinya: Penjajahan di dunia harus di hapus kan. Malah ada wartawan dengan bangganya Mendukung Penjajahan di dunia harus di tumbuh subur kembangkan."
(by Marwan Aziz)