Natuna, Jokowi Kemana Ya??


Mengapa China begitu nafsunya mau mencaplok Natuna?? Masuknya kapal nelayan Cina ke perairan Natuna bukan sekadar masalagh ilegal fishing. Tindakan itu merupakan bagian dari upaya sistematis negeri Tirai Bambu itu untuk mencaplok Natuna.

Sebab, konflik Natuna adalah soal persoalan perebutan sumber daya alam. Selain minyak bumi, wilayah itu menyimpan cadangan gas alam terbesar di dunia. Banyak ahli mengklaim Natuna adalah 'surga' energi terbesar di dunia yang bernilai ekonomi tinggi.

Ladang gas D-Alpha yang terletak 225 km di sebelah utara Pulau Natuna (di ZEEI) dengan total cadangan 222 trillion cubic feet (TCF) dan gas hidrokarbon yang bisa didapat sebesar 46 TCF merupakan salah satu sumber terbesar di Asia.Seperti diketahui, kandungan gas di Natuna diperkirakan mencapai hingga 222 TCF (triliun kubik kaki), tiga kali dari kandungan gas Arun, Aceh. Kandungan gas di blok yang dikenal dengan istilah Natuna D Alpha itu hanya 46,2 TCF yang bisa digunakan, atau 8.383 Milyar Barel minyak karena 75 persennya adalah CO2 (karbon dioksida).

Perusahaan yang menyatakan minatnya terhadap Blok Natuna yang diperkirakan memiliki kandungan gas hingga 46,2 TCF terdapat 8 (delapan) perusahaan, antara lain; ExxonMobil (AS), Total Indonesie (Perancis), Chevron (AS), StatOil (Norwegia), Shell (Inggris-Belanda), ENI (Italia), Petronas ( Malaysia ), dan China National Petroleum Corporation (China). Tak kurang-kurang pemerintah AS juga “turun tangan” untuk menekan pemerintah yang akhirnya kemudian pengelolaannya jatuh ke ExxonMobil.

Jadi kita tahu kan, China ke Natuna bukan karena ikan.. Mereka mau nyaplok kepulauan ini sekalian mau sumber daya alam kita. Kurang baik apa coba kita ini dengan mereka, tenaga kerjanya pun sudah kita impor dan tanah air beta pun sudah hampir semua dikuasai.

Jokowi kemana ya??

(Agus Santoso)