As-Sisi Pimpin Perang Melawan Islam


Presiden rezim kudeta Mesir, Abdul Fattah Al-Sisi, jenderal yang berbalik melawan Presiden yang terpilih secara sah, Dr Muhammad Mursi, telah menyerukan sebuah revolusi agama dan wacana keagamaan baru. Revolusi yang dituntut oleh Al-Sisi adalah revolusi melawan Islam.

As-Sisi berusaha untuk menyingkirkan identitas Islam Arab Mesir, sehingga tidak mengherankan jika ”Menteri Keadilan” Ahmed Al-Zend, mengatakan bahwa ia akan menuntut setiap wartawan yang dituduh menyebarkan berita palsu tentang As-Sisi dan keluarganya dan akan memenjarakannya. “Bahkan jika ia adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri,” ketusnya.

Al-Zend sendiri dicap oleh pengguna Twitter dan Facebook sebagai “ateis”.

Dalam sambutannya pada peringatan Maulid Nabi, Al-Sisi menuduh Islam dan Muslim mengancam seluruh umat manusia.

“Kami membutuhkan sebuah revolusi agama,” serunya seperti dilansir Middleeastmonitor, Kamis (17/3).

Pernyataan ini didukung sekelompok orang yang dipimpin oleh wartawan Ibrahim Eissa, aktris Ilham Chahine dan Boosi, serta penyair Fatima Naoot yang mengatakan, “Mereka yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad manusia yang paling terhormat adalah orang yang salah, karena mereka belum bertemu As-Sisi.”

Sementara pendukung As-Sisi yang lain, Profesor Saad Al-Din Hilali sudah terlalu jauh dengan menggambarkan Al-Sisi sebagai “utusan Allah”.

Sedangkan pembawa berita pada saluran TV pro-Sisi mengklaim bahwa “Presiden (Al-Sisi) dikirim untuk menyempurnakan akhlak”. Padahal, ini adalah satu tugas dan fungsi yang berhubungan dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Seorang wanita di sebuah konferensi pernah mengatakan kepada Al-Sisi, “Anda jujur dan dapat dipercaya,” lalu dia menjawab, “Saya akan mencoba untuk menjadi kuat dan jujur.” Wanita itu menambahkan, ”Ini mengacu pada julukan yang diberikan kepada para nabi: Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Musa dan Yusuf ‘Alaihissalam.

Bencana terbesar, bagaimanapun, adalah ketika surat kabar pro-Sisi Al-Fajr mengatakan bahwa “Al-Sisi bertemu Allah dua kali sehari” dalam sebuah tantangan yang jelas dan terang-terangan melawan ajaran Islam.

Menteri Kehakiman Al-Zend salah satu preman yang didukung oleh Al-Sisi pernah membual. “Aku tidak akan beristirahat sampai aku membunuh 400.000 anggota Ikhwanul Muslimin,” clotehnya. “Kami adalah tuan tanah ini, dan yang lainnya adalah budak,” ujarnya.

Al-Sisi telah menghina Islam dan satu setengah miliar Muslim, menuduh mereka memusuhi semua umat manusia. Pengikutnya adalah penulis Adel Hammouda dan Al-Hilali yang menghina Allah, kemudian Al-Zend yang telah menista Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan menyerukan pembunuhan massal. Lalu, Ibrahim Eissa yang menghina hukum Islam, dan Fatima Naoot yang menganggap perintah dari Allah Subhannahu wa Ta’ala kepada Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putra tunggalnya Nabi Ismail adalah “mimpi buruk”.

Selanajutnya, akademisi Youssef Ziedan mengatakan bahwa Perjalanan Malam (Isra Mi’raj) Nabi adalah rekayasa, dan bahwa Masjid Al-Aqsha tidak ada di Palestina. Sementara pejabat di kementerian pendidikan menyita dan membakar buku-buku Islam untuk “membersihkan” kurikulum dari “kekerasan Islam, jihad dan permusuhan terhadap orang-orang Yahudi”.

Apa yang terjadi di Mesir adalah perang melawan Islam yang dipimpin oleh Al-Sisi. Dan Al-Zend adalah salah satu kaki tangannya. Ini adalah perang terhadap identitas, sejarah dan keyakinan bangsa Mesir. Ini adalah tujuan sebenarnya dari kudeta, yang memecah Mesir antara budaya dan Islam sebelum memecah belah geografisnya. (EZ/salam-online)

Sumber: Middleeastmonitor