Syaikh Muhammad Al-Ghazali* berkata:
Pernah sekali, Pejabat Kementrian menugaskan saya (selaku Wakil Menteri Wakaf Mesir urusan Dakwah Islam pada tahun 1981) untuk membuat teks khutbah yang bagus mengenai pembatasan kelahiran atau KB, karena proyek yang sudah lama mereka launchingkan ini kelihatannya diambang kegagalan.
Saya menolak perintah (membuat khutbah KB) itu dan menjelaskan, "Ledakan penduduk dunia tidak boleh diselesaikan dengan cara menggencet kelahiran kaum muslimin saja."
Pejabat Kementerian bertanya, "Maksud ente apa?" Saya katakan, "Non-muslim diminta untuk beranak-pinak sebebas-bebasnya, mereka didoktrin untuk memperbanyak populasi sebesar-besarnya, sementara kita dilarang. Oleh karena itu saya tidak akan pernah mau bekerja untuk mengurangi populasi kaum muslimin!".
Muka pejabat itupun mengkerut, lalu bertitah murka, "Anda itu hanya pegawai. Ini perintah Presiden dan wajib anda laksanakan!".
Sayapun menolak dengan lantang dan tegas, "Saya bukan pegawai di rumah Presiden. Saya dan Presiden juga tidak lain hanyalah pegawai. Semua kita pegawai dibawah kontrol Allah, sehingga sudah sangat tepat jika saya lebih memprioritaskan perintah Allah ketimbang perintah lainnya."
"Saya dan Presiden mendapat gaji dari satu sumber, yaitu uang negara yang dikumpulkan dari harta dan pajak yang dikutip dari kaum muslimin di negeri ini. Gaji yang saya terima bukan dari kantong Presiden atau pejabat manapun, sehingga mengharuskan saya loyal kepada mereka. Loyalitas saya hanya kepada Allah dan Ummat ini."
Mendapatkan jawaban itu, si pejabat kementrian pergi sambil marah-marah.
Beberapa hari berikutnya, si pejabat mengirimkan pesan. Katanya, "Khutbah yang kami minta sudah ada yang nulis". Lalu saya balas, "Silahkan saja! Tapi saya tidak akan menjual agama saya kepada siapapun!"
[Alih Bahasa: Kivlein Muhammad]
___
*Syekh Muhammad Al-Ghazali. Beliau adalah ulama fikih kenamaan Mesir. Lahir dan tumbuh di keluarga yang kurang mampu di desa Nakl Al-Imad wilayah Itay Al-Barud Propinsi Al-Buhaira Mesir. Dilahirkan pada hari Sabtu 5 Dzulhijah 1335 Hijriyah = 22 September 1917 Masehi. Orang tuanya memilihkan nama Muhammad Ghazali karena rasa hormatnya kepada Hujjat al-Islam Imam Abu Hamid Al-Ghazali.
Saat kuliah di fakultas Ushuluddin Al-Azhar (1937-1941) beliau bertemu dengan Mursyid Aam Ikhwanul Muslimin Hasan al-Banna dan akhirnya menjadi anggota organisasi tersebut.
Beliau menikah ketika masih duduk di bangku kuliah di jurusan Ushuluddin dan dikaruniai sembilan anak. Yang hidup ada tujuh orang, dua laki-laki bernama Diyaa dan A’la dan lima perempuan.