Minang Mart tak Membunuh Warung
Setelah Emil Salim memberi ikon hebat "konglomerat rakyat" puluhan tahun silam untuk Sumatera Barat, maka Selasa (24/5) lahir apa yang disebut "Minang Mart". Inilah sebuah kreasi ekonomi guna melawan arus deras kapitalisme yang dipuja sekaligus ditakuti itu.
Minang Mart menopang warung-warung kecil milik rakyat yang mendaftar dan mau dikelola secara profesional. Pemilik warung akan diberikan pembelajaran manajemen, IT dan pelayanan yang baik. Dalam era sekarang, layanan konsumen adalah “mata uang”, seperti juga kekaring.
“Saya tak bicara Alfamart atau Indomaret atau mart-mart ritel besar, saya bicara Minang Mart, dari kita untuk kita,” kata Gubernur Sumbar Irwan Prayitno.
Dalam catatan Harian Singgalang, di seluruh Indonesia hanya Sumatera Barat yang tidak dimasuki Alfamart dan Indomaret. Kabarnya ada kota lain yang juga tak dimasuki, Banjarmasin.
Dalam kesempatan itu, tiga BUMD yang menjadi pilar depan melakukan penandatanganan nota kesepahaman. Yakni, PT Jamkrida, PT Grafika Jaya Sumbar dan Bank Nagari. Selain itu, kantornya yang direncanakan pada lantai II Craft Center pindah ke Jalan Sudirman, tepatnya samping PT Jamkrida.
Disampaikannya, target utama Minang Mart dapat mengendalikan harga, sehingga inflasi dapat ditekan. Sementara dari sisi bisnis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena, dimiliki oleh masyarakat, sedangkan suplay stock, pengelolaan dan manajemennya secara professional dilakukan oleh grafika.
“Ini program keroyokan kita semua untuk masyarakat,” tekan Irwan Prayitno.
Secara simbolis dari 100 Minang Mart yang diluncurkan diwakili beberapa koperasi. Seperti, koperasi binaan perusahaan sudah masuk Minang Mart (MM). Yakni Koperasi Semen Padang, KPR M Djamil Padang, Koperasi Koto Kaciak 50 Kota, Koperasi Rumah Sakit Ahmad Muhctar Bukittinggi, Koperasi BRI Solok dan dua orang pedagang gerobak yang dibantu oleh Baznas Sumbar Rp2 juta.
Sebelumnya, Gubernur Irwan Prayitno menargetkan hadirnya 1.000 MM. Usaha tersebut merangkul seluruh usaha kerakyatan di berbagai sektor di Sumbar. Tujuanya tidak lain untuk menghindari terjadinya inflasi dan mengurangi tengkulak. Serta bisa meningkatkan perekonomian masyarakat Sumbar. Diakuinya, masih ada yang tidak yakin dengan sistem yang dijalankan MM karena masih sulitnya menerka apa yang didapat pedagang. Apa bedanya hadir atau tidaknya MM.
“Biarkan saja pikiran itu berkembang, tetapi kami memiliki rahasia yang bisa menguntungkan masyarakat. Artinya sistem ini tidak akan membuat masyarakat rugi. Kalau ada yang masih ragu, silahkan temui saya secara pribadi,” kata Irwan.
Gambaran keberhasilan program tersebut, terlihat suksesnya MM pada gerakan awal yang terbilang singkat sudah diminati pedagang. Di dinas koperasi dan UMK Sumbar saja sudah lebih dari 100 pedagang yang tergolong tipe A yang mendaftar. Sedangkan tipe berikutnya sudah lebih dari 3.000 yang mendaftar di Bank Nagari.
Minang Mart terdiri dari 4 kelas, yakni tipe A swalayan yang buka 24 jam dan standar layanan sudah ukuran swalayan. Tipe B buka sesuai dengan ketentuan swalayan, size dan item barang serta fasilitas selevel lebih rendah di bawah mart modern. Tipe C golongan kelas warung atau lapau standar layanan oleh pemilik warung. Tipe D yakni gerobak dorong, branding CSR dan MM.
Sumber: Koran Singgalang, 25 Mei 2016