Ketika kaum Musyrikin Quraisy melihat perkembangan Islam yang semakin pesat, tokoh penyair mereka Utbah bin Rabiah meminta izin kepada mereka untuk mencoba berdialog dengan Nabi Muhammad SAW.
Dia ingin menanyakan secara pribadi apa yang dimaksud Nabi dengan dakwahnya, apa yang dibawanya, dan apa tujuannya. Apakah Muhammad ingin harta dan kedudukan? Jelasnya Utbah ingin berdiplomasi dengan Muhammad saw. Usul Utbah kemudian disepakati oleh kaum Musyrikin.
Setelah Utbah tiba di hadapan Nabi, dia duduk dan berkata,
“Hai anak saudaraku, engkau telah tahu kedudukanmu di tengah kita, dan kini engkau membawa di tengah kaummu sesuatu yang besar sekali. Engkau pecah belah persatuan mereka, engkau caci tuhan mereka dan apa yang dilakukan nenek moyang mereka. Karena itu dengarlah apa yang akan kami tawarkan kepada kamu dengan harapan sudilah kamu menerima walaupun hanya sebagian saja.”
Jawab Nabi: “Katakanlah hai Abal Walid apa yang akan kamu tawarkan.”
Utbah bin Rabiah menjawab,
“Hai anak saudaraku, jika kamu berdakwah ini bertujuan ingin cari uang, maka kami akan kumpulkan uang untukmu sampai kamu menjadi orang terkaya di seluruh kota Mekkah. Jika kamu ingin menjadi orang terpandang, kami akan menjadikanmu raja. Jika kamu memang terkena gangguan jin yang kamu tidak dapat menghindarinya kami akan mencarikan seorang dukun dan kami akan bersedia menanggung biayanya sampai kamu sembuh.”
Setelah Utbah bin Rabiah selesai dengan ucapannya, Nabi bertanya kepada Utbah,
“Apakah kamu sudah selesai hai Abbal Walid?”
“Ya, aku sudah selesai” Jawab Utbah.
Nabi berkata, “Dengarkanlah apa yang aku ucapkan” kemudian Nabi Muhammad saw membacakan surat “As-Sajdah” (surat ke-32) di hadapan Utbah.
Utbah bin Rabiah mendengarnya dengan penuh keheranan akan keindahan isi kandungan surat itu sehingga Utbah hanya terdiam saja. Ketika Nabi sampai ayat Sajdah beliau bersujud dan beliau meneruskan bacaannya sampai selesai.
Setelah selesai Nabi Muhammad saw bertanya, “Sudahkah kamu dengar apa yang kubaca tadi wahai Abal Walid?”
Tanpa berkata-kata Utbah bin Rabiah bangkit meninggalkan Nabi dan kembali ke tempat kaumnya yang sedang menunggu hasil kunjungannya dari Muhammad saw.
Ketika mereka melihat wajah Utbah 'yang berbeda' mereka berkata, “Demi Allah kini Utbah berubah wajahnya sebelum dia pergi menemui Muhammad saw.”
Sesampainya, Utbah ditanya, “Bagaimanakah hasil perundinganmu hai Abal Walid”
Jawab Utbah dengan polos,
“Demi Allah aku telah mendengarkan dari padanya suatu bacaan yang tidak pernah kudengar seindah itu sebelumnya. Bacaan itu tidak serupa dengan syair atau pun bacaan dukun. Karena itu hai kaumku, sebaiknya kamu biarkan saja, jangan dihalangi sedikitpun kegiatannya.”
Kaum musyrikin berkata, “Demi Allah, Muhammad telah menyihirmu sampai kamu terpengaruh dengan bujukannya.”
Utbah menjawab, “Ini adalah pendapatku yang sebenarnya, kamu bebas untuk berbuat sesukamu.”
*Sumber: islamnyamuslim.com