PERANG LGBT


Pada 1990 silam, pakar manajemen ekonomi Jepang, Kenichi Ohmae merilis teori dalam bukunya yang berjudul The Borderless World atau Dunia Tanpa Batas. Ohmae memandang, kelak globalisasi dan networkisasi akan menjembatani seluruh bangsa di dunia sehingga batas negara tak lagi bermakna. Dua dekade kemudian ramalan Ohmae diwujudkan dengan lahirnya internet dan kemudian diterjemahkan Mark Zuckerberg dengan baik melalui Facebook.

Di era Medsos Tanpa Batas ini -meminjam istilah Ohmae- betapa memahami trending seperti mengurai misteri harga cabe dan harga bawang merah. Sama halnya seperti menebak rasa buah kesemek. Ibarat menebak jenis kelamin she male asal Bangkok. Misterius dan penuh teka-teki. Media yang dimodifikasi sebagai alat sosialisasi melahirkan trending seperti meme ‪#‎DamnDaniel‬ dan sejenisnya... tau kan Damn Daniel? google dulu gih...hehe

Lantas saya sepakat dengan Jenderal Ryamizard bahwa trending LGBT di Indonesia adalah bagian dari perang proksi (proxy war). Kebijakan pemerintah di era networkisasi yang dapat dipengaruhi trending medsos, melahirkan "perang dingin" gaya baru antara kalangan konservatif (penganut agama) dan kalangan liberalis-modernis.

Kira-kira republik ini apa sudah punya cyber army untuk bertempur di era perang proksi? Lantas adakah alternatif aksi tanggap yang dirancang kawan-kawan di bidang kontra-intelijen untuk menyikapi perkembangan perang proksi?

Ibarat permainan bola, pemerintah harus segera menerapkan strategi corto stretto atau pendek merapat. Sebuah strategi bertahan yang dikembangkan Capello di AC Milan berdasarkan "zonal playing" ciptaan Sacchi yang terinspirasi dari Total Voetball.

Menyikapi perang proksi yang kian mengarah pada upaya menyudutkan pengambil kebijakan yang dimotori oleh kalangan minoritas yang memicu tirani minoritas ini, maka sebaiknya strategi corto stretto secepatnya dirancang. Artinya, kalangan yang berkepentingan agar negara berjalan sesuai dengan kaidah dasar negara dan perundangan harus merapat dan menyusun strategi bersama-sama. Agar tirani minoritas yang dimotori kepentingan asing tidak kian menggerogoti republik Indonesia...Corto stretto Pak Jokowi.... hehe.

Tumpang, 25 Februari 2015

Zulham Mubarak
Eks Jurnalis JP