Banyak Yang Tandatangan, Petisi Online BOIKOT PENDUKUNG LGBT Diblokir


Oleh Deny Rahmad Sikumbang (pembuat petisi)

Hikmah dibalik dihapusnya petisi yang saya buat untuk menuntut permintaan maaf Sherina Munaf/Sherina Sinna membuat saya paham akan bahayanya pergerakan kaum Sodom modern ini.

Pada hari ini, Senin 29 Juni 2015 jam 7 pagi saya membuat Petisi tersebut, dengan link http://ift.tt/1HqDTeL

Tetapi 1 jam kemudian, setelah petisi tersebut ditandatangani oleh sekitar 200 orang, serangan mulai muncul. Serangan pertama ini dilakukan oleh “someone” berupa pengambilalihan petisi, sebagai kontributor kedua Petisi (yang seharusnya tidak ada orang kedua dalam pembuatan petisi ini). Sang kontributor melakukan penutupan sepihak Petisi tsb.

Setelah saya berhasil pulihkan kembali, penandatangan petisi meningkat drastis, dan 1 jam berikutnya sudah mengumpulkan 750 tanda tangan. Lalu muncullah kembali “Sang kontributor” untuk menutup kembali Petisi ini.

Pada pukul 12.30, setelah penandatangan mencapai 1013 orang, Petisi ini ditutup secara permanen, tetapi kali ini oleh Change.org langsung. Saya heran, ada apa. Tetapi setelah membaca standar komunitas dari Change.org, baru lah saya paham, bahwa Komunitas Independen ini sudah menyelipkan statuta implisit, agar masalah “orientasi seksual” seseorang mereka jaga dan tidak boleh diganggu!

Jadi bisa kita simpulkan bahwa sektor-sektor independen sudah banyak yang memberikan dukungan kepada gerakan menjijikkan kaum lesbian, gay, biseks dan transgender (LGBT).

Untuk memenuhi standar komunitas tersebut, saya mencoba membuat Petisi Baru, dengan judul yang lebih halus, tetapi dengan content yang sama.

Link penggantinya adalah
http://ift.tt/1LDs8T4

Kita lihat, apa reaksi Change.org berikutnya. Jika mereka memutuskan untuk berpihak pada kaum LGBT Sodomis kali ini, kita harus lebih meningkatkan kewaspadaan kita, pasti banyak sektor riil dan sosial media yang akan mereka kuasai.

Yang pasti, kita tetap harus menggerakkan secara massif, penolakan kita atas isu kesetaraan LGBT ini, agar kita tidak menyesal di kemudian hari manakala pemerintah yang akan datang (atau saat ini) akan melegalkan peraturan serupa di Indonesia, yang membuat maraknya freeseks, biseks, lesbian, gay secara terbuka

Tentu kita tidak ingin hal itu terjadi pada keluarga dan anak kita bukan ?? Na’udzubillah min dzalik, tsumma na’udzu billah.

Laa hawla walaa quwwata illa billah...