Ikhwanul Muslimin telah menolak permintaan Presiden kudeta Abdel Fattah Al-Sisi untuk bergabung dalam pemerintahannya, serta menggambarkannya sebagai “kebohongan baru oleh tirani yang tidak populer”. Demikian dilaporkan Middle East Monitor (26/6).
Sebelumnya, Sisi menyerukan Ikhwanul Muslimin untuk mengatasi konflik masa lalu dengan negara dan untuk membuka lembaran baru di bawah kepemimpinannya.
Dr Mohammed Sudan, seorang pemimpin terkemuka Ikhwanul Muslimin yang merupakan Sekretaris Hubungan Luar Negeri Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP), menjelaskan undangan Sisi sebagai “kebohongan baru yang ditambahkan pada daftar panjang kebohongan”.
Dalam pernyataannya di surat kabar Al-Mesryoon, Sudan mengatakan bahwa "jika dia [Sisi] ingin membuka babak baru hubungan, mengapa dia melakukan semua pembantaian pada ikhwan dan mengadakan peradilan politis untuk jatuhkan hukuman mati massal terhadap para pemimpin Ikhwanul Muslimin dan menyita aset Ikhwan?"
Sementara itu, pemimpin dari Aliansi Anti-Kudeta, Attia Adlan menegaskan bahwa “Sisi sedang mencoba untuk menemukan garis hidup untuk dirinya sendiri setelah ia gagal untuk mengelola urusan negara dan memimpin ekonomi Mesir yang saat ini menuju keterpurukan.”
“Sisi tidak tahu apa-apa tentang rekonsiliasi karena mentalitas pasukannya hanya tahu bagaimana untuk menindas,” tambah Adlan. (duniatimteng.com)