"Ketika Mas Gagah Pergi" ingin seperti AADC


Penulis Helvy Tiana Rosa berharap film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) yang diadaptasi dari novelnya dapat menyamai kesuksesan film remaja Ada Apa Dengan Cinta

"Ingin bikin seperti AADC versi religi," kata Helvy di sela Wardah Day, Jakarta, Sabtu (27/6) petang.  Lewat KMGP, Helvy ingin menyampaikan keindahan islam lewat film dakwah yang tidak menggurui dan dapat diterima anak muda dari berbagai kalangan.  "Dari alay sampai rohis," ujar dia. 

Novel Ketika Mas Gagah Pergi ditulis Helvy pada 1992 dan diterbitkan lima tahun kemudian.  Buku yang sudah dicetak ulang 39 kali oleh tiga penerbit itu mengisahkan hubungan Gita dengan abangnya Mas Gagah (Hamas Izzuddin) tentang hijrah dan keindahan Islam.

Ada pula tokoh Yudi (Masaji Wijayanto) sebagai pemuda yang kerap berdakwah di tempat umum serta Nadia (Izzatin Ajrina), muslimah yang memutuskan berjilbab saat kuliah di Amerika.  Fredy Aryanto didapuk menjadi penulis skenario, sementara kedudukan sutradara dipercayakan kepada Firmansyah. Para pemeran utama adalah wajah-wajah baru didapat melalui tes peran secara online lewat YouTube. 

Adaptasi layar lebar KMGP dibuat dengan urun dana (crowdfunding) karena Helvy belum bertemu dengan Rumah Produksi yang sejalan dengan visinya. Sejak September 2014, Helvy telah berkeliling ke 100 kota untuk urun dana sekaligus sosialisasi film KMGP. 

Dana sebesar Rp300 juta telah terkumpul dari berbagai pihak, mulai dari penggemar novel KMGP hingga anak tukang sampah yang menyumbang Rp50.000 karena ingin turut berpartisipasi. 

Jumlah tersebut memang belum mencukupi, namun Helvy optimistis pengambilan gambar di Jakarta dan Maluku Utara dapat dimulai pada Oktober 2015 sehingga KMGP bisa tayang pada Januari tahun depan. 

"Banyak yang tiba-tiba bilang ingin membantu... Dwiki Dharmawan bilang mau bantu bikin musik, editor Rizal Basri juga terlibat, ada 27 orang yang menyumbangkan lagu," papar dia. 

Sejauh ini ada tiga Rumah Produksi yang menyatakan ketertarikannya menggarap film KMGP, namun belum ada yang sejalan dengan idealisme Helvy. 

"Ada yang ingin mengubah cerita sehingga spirit cerita ini hilang, saya tidak mau karena saya ingin mempertahankan ceritanya," jelas kakak penulis Asma Nadia itu. 

Ketertarikan banyak rumah produksi membuktikan potensi dari film KMGP, ujar pendiri Forum Lingkar Pena itu. 

"Mereka yang dulu baca KMGP dulu masih SMP atau SMA, sekarang mereka sudah jadi keluarga kelas menengah muslim, itu berarti pasar," papar dia.  Gerakan urun dana ini diharap Helvy dapat menjadi contoh gerakan budaya bahwa sineas dapat secara mandiri berkarya tanpa bergantung kepada pemilik modal.

Editor: Ade Marboen

Sumber: ANTARA