LGBT: Mengapa Didanai PBB?
Belakangan ini marak pemberitaan dan perdebatan mengenai LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual & Transgender).
Kenapa tiba-tiba soal LGBT ini jadi topik hangat? Gara-gara emoji di Line, Viber, dll? Bukan! LGBT ini jadi ramai gara-gara dipromosikan oleh PBB supaya diterima oleh dunia. Jurus ini disebut “social engineering” (rekayasa sosial).
1. Melindungi atau Mempromosikan?
Ini fakta, bukan hoax. PBB (UN) bahkan membentuk badan khusus bernama UNFE (United Nations Free & Equality) untuk mempromosikan LGBT dan terpublikasi bebas pada webnya: www.unfe.org. PBB juga menerbitkan perangko maho (alias gay).
Kalau sudah jadi program resmi PBB, sudah pasti ada bujetnya. Sudah pasti tak bakal surut dengan tentangan-tantangan di media-media. LGBT bakal terus dipromosikan agar masyarakat dunia lama-lama mendukung.
Dalihnya adalah melindungi hak asasi manusia. Pada kenyataannya bukan melindungi, tapi justru mempromosikan gaya hidup LGBT.
UNDP bahkan menggelontorkan uang sebesar USD 8 juta (sekitar Rp 107 M) untuk mempromosikan LGBT di Indonesia, China, Thailand dan Filipina.
Pertanyaannya, kenapa keempat negara ini — Indonesia, China, Thailand & Filipina — jadi sasaran promosi LGBT? Karena negara-negara tersebut adalah “negara berkembang” yang penduduknya banyak. Ini ada kaitannya dengan politik depopulasi dunia, yang sudah dijalankan sejak lama, tanpa disadari oleh masyarakat dunia.
2. Program Pemusnahan Umat
Ini bukan hoax. Program “penyedikitan umat dunia” (depopulasi) sudah dicanangkan dari tahun 1920-an. Nama programnya Eugenics, yakni upaya untuk mengontrol populasi dan ras. Sponsor utamanya adalah perusahaan dan dinasti keluarga Rockefeller.
Program depopulasi Eugenics didanai Rockefeller sejak tahun 1920-an. Rockefeller, sebagaimana diketahui, adalah salah satu pimpinan the “Global Elites”, para pengusaha terkaya dunia yang memiliki ideologi “globalist” yang bercita-cita membentuk “New World Order”.
Bagi pembaca yang belum paham hubungan antara Rockefeller dengan PBB, silakan baca referensi-referensi umum seperti Wikipedia, bahwa gedung PBB yang megah di areal seluas 7 ha di New York itu dibangun di atas tanah hibah Rockefeller.
Penduduk dunia 7 miliar orang, menurut Global Elites kebanyakan. Apalagi sebagian besar penduduk dunia adalah orang miskin. Mereka tak ingin penduduk dunia banyak dan miskin. Mereka maunya penduduk yang sedikit, produktif dan bisa menghasilkan uang buat mereka. Idealnya penduduk dunia cuma 500 juta orang saja.
Ini bukan rahasia. Mereka bahkan menuliskan tekad depopulasi itu dalam sebuah prasasti raksasa di Georgia, AS.
(Prasasti raksasa di Georgia, AS, berisi tekad untuk menjadikan penduduk dunia hanya 500 juta orang saja)
Bagaimana caranya mengurangi jumlah penduduk? Ini sudah lama dilakukan, tanpa disadari banyak orang. Ciptakan perang dan pembunuhan massal. Pembunuhan etnis tertentu (genosida). Pembunuhan bayi (infantisida). Vaksin pemandulan (sterilisasi) massal di Afrika. Sebarkan wabah dan virus termasuk AIDS dll.
Perang dan pembunuhan massal di negara-negara berkembang justru lebih sering setelah ada PBB
Coba kita perhatikan. Setelah ada PBB, justru makin banyak perang. 1950an: perang Korea. 60an: Vietnam. 70an: Uganda, Ethiopia. 80an: Afghanistan. 90an: Perang Teluk. 2000an: Perang Teluk jilid II. Selalu sasarannya adalah negara-negara berkembang.
Sekarang programnya bertambah satu: penyedikitan umat manusia dengan mempromosikan gaya hidup LGBT. Sebab, perkawinan sejenis tidak menghasilkan keturunan.
Tujuan lain dari LGBT adalah melemahkan angkatan perang. Bisa dilihat pada foto pertama di bagian paling atas artikel ini, anjuran resmi dari UNFE dengan makna terselubung "daripada tentara pegang senjata, lebih baik pegang tangan sesama lelaki".
3. Agenda 2030
Seberapa serius Global Elites dan PBB mempromosikan LGBT? Sangat serius! LGBT adalah bagian dari Agenda 2030 yang dicanangkan PBB untuk “transformasi dunia”. Agenda 2030 mencakup tiap aspek dalam kehidupan kita. IT’S A BIG DEAL!! Tapi tak pernah dibahas oleh media-media.
Agenda 2030 menggunakan bahasa keren “Sustainable Development”. Tidak disebut LGBT, disebutnya “free & equality”. Sama seperti tipuan “globalisasi”, “pasar bebas” dll. Keliatannya ideal. Padahal itu semua adalah blue print untuk memuluskan penjajahan negara-negara oleh korporasi Global Elites. Inilah yang dimaksud Bung Karno dengan istilah nekolim (neo kolonialisme dan imperialisme).
4. Bagaimana Bersikap?
Kembali ke soal LGBT di Indonesia. Dibekingi “Agenda 2030 PBB”, dan dana melimpah ruah, negara Indonesia bakal terus menerus jadi sasaran kampanye LGBT, sampai tahun 2030.
Faktanya, LGBT ini bukan melindungi hak mereka, tapi mempromosikan gaya hidup mereka.
Apakah Anda ingin anak cucu Anda jadi gay, lesbian & transgender? Apakah Anda ingin bangsa Indonesia jadi sasaran depopulasi lewat perkawinan sejenis?
Semoga kita semua menjadi bangsa yang berkarakter dan berani bersikap.
(Penulis: Kang Darling)
*Sumber: Kompasiana