Sandiaga Uno Pernah Bangkrut Hingga Harus Pinjam Uang Untuk Kebutuhan Sehari-hari


Pada tahun 2009, Sandiaga Salahuddin Uno tercatat sebagai orang terkaya urutan ke-29 di Indonesia menurut majalah Forbes. Tahun 2011, Forbes kembali merilis daftar orang terkaya di Indonesia. Sandiaga Uno menduduki peringkat ke-37 dengan total kekayaan US$ 660 juta.

Tapi tahukah Anda bahwa Sandiaga Uno dulunya pernah bangkrut? Banhkan untuk menopang kebutuhan sehari-hari dia harus utang.

Berikut penuturan Sandiaga Salahuddin Uno yang merupakan salah satu dari delapan kandidat calon Gubernur DKI dari Gerindra. Ditulis di laman facebooknya (3/2/2016):

Bahagianya hati seorang kepala keluarga adalah ketika dirinya mampu bekerja dan menghasilkan pendapatan yang layak bagi isteri dan anak-anaknya.

Demi senyum keluarga kecil kita, kerja siang malam akan rela dijalani. Namun jika penghasilan tidak
mencukupi, tentu yang hadir adalah gelisah, frustasi, hingga mungkin rasa marah dan benci.

Saya pernah mengalami masa-masa kegelapan seperti itu. Ketika saya harus kehilangan pekerjaan, serta seluruh investasi dan tabungan saya karena krisis Asia tahun 97. Dimana saat itu baru punya bayi kecil pertama kami.

Frustasi dan marah jadi menu sehari-hari. Bicara poin A diterima jadi poin F, dijelaskan poin F meluas jadi poin XY. Isteri bicara maksudnya baik, saya bisa salah paham menerimanya. Ketegangan komunikasi mudah terjadi.

Malunya juga bukan main. Jika ada kerabat yang datang ke rumah orang tua, saya memilih segera masuk kamar supaya tidak harus menjawab beratus-ratus pertanyaan kenapa begini kenapa begitu. Waktu itu saya terpaksa harus kembali numpang di rumah orang tua.

Ada cerita haru yang kini mungkin terdengar lucu, dimana saya dan Rosan janjian untuk bertemu. Masing-masing ingin pinjam uang untuk kebutuhan sehari-hari. Setelah saling cerita, dan paham dengan kondisi satu sama lain yang sama-sama tidak punya uang, kami berdua senyum-senyum 'meringis'.

Apa yang saya alami diatas, sangat mungkin pernah dirasakan pula oleh kaum adam lainnya. Karena sebagai kepala keluarga, tanggung jawab penuh ada dipundak kita.

Tidak ada jalan lain bagi kita kecuali untuk bekerja lebih keras dan cerdas lagi dari sebelumnya untuk dapatkan pendapatan ekstra. Karena jika hanya duduk dan mengeluh ya itu juga tidak bermanfaat.

Seringkali kemampuan survive manusia bisa muncul disaat-saat kritis atau kepepet. Siapa tahu, kerja lebih dari biasanya inilah yang menjadikan titik balik takdir kita kedepan.

Alhamdulillah, saya bersyukur bisa lewati masa-masa kegelapan tersebut karena didampingi oleh isteri, orang tua, teman-teman baik dan orang-orang yang selalu mendoakan kebaikan bagi keluarga kami.

Etos ‪#‎Kerja4As‬

Sumber: http://ift.tt/20IbmXW