Salah satu yang sering menjadi pertanyaan ketika Ramadhan ialah soal dibelenggunya setan. Banyak yang bertanya “padahal setan sudah dibelenggu, tapi kenapa masih banyak kriminalitas dan juga pelanggaran syariah ketika Ramadhan; makan di siang hari, berbohong dan sebagainya?”
Tentu kita tidak bisa mngingkari kebenaran bahwa setan dibelenggu ketika masuk bulan Ramadha, karena memang begitu bunyi redaksi haditsnya. Dan hadits itu dalam derajat yang shohih dan kuat karena diriwayatkan oleh 2 Imam Hadits; Imam Bukhori dan Imam Muslim dalam kitab Shohihnya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ
Dari Abu Hurairoh ra, Rasul saw bersabda: “jika datang bulan Ramadhan, terbuka pintu-pintu surga, dan ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu setan-setan” (Muttafaq ‘Alayh)
Di salah satu forum kajian, saya pernah membahas ini, dengan nada gurau saya katakan:
“Sebenarnya masalah banyak criminal atau maksiat di Ramadhan, bukan masalah setan dibelenggu atau tidak. tapi kriminalitas dan kemaksiatan yang terjadi itu bukan semata-mata karena setan yang menggoda. Itu sangat mungkin terjadi karena factor si manusia itu sendiri.
Selama 11 bulan sebelum Ramadhan, ia telah menggoda si manusia dan berhasil malah jadi pekerjaan rutin si manusia tersebut. Akhirnya dengan godaan itu manusia terbiasa dengan maksiat dan sebagainya. Nah karena memang sudah terbiasa, hingga masuk Ramadhan pun kebiasaan bermaksiat itu tetap ada dan tidak menghilang, karena sudah melekat dan terlalu sulit untuk terlepas.
Si manusia itu sudah bisa mandiri untuk melakukan maksiat tanpa harus mendapat petunjuk lagi dari setan. Jadi keadaannya sekarang sudah independen dan berdiri sendiri tanpa lagi butuh bimbingan setan. Itu karena dia telah berhasil melewati pelatihan yang diberikan setan selama sebelum Ramadhan itu.
Ibarat orang yang ikut pelatihan, dia benar-benar mengikuti training itu dengan seksama dan telaten. Sehingga ketika pelatihan selesai, dia benar-benar bisa mengimplementasikan materi pelatihan dengan baik.
Bahkan dia juga sudah bisa buka pelatihan juga, dan mengajarkan kepada yang lain materi yang telah ia dapatkan di pelatihan sebelumnya. Karena memang benar-benar menguasai! :D “
Ya. (ini yang serius) Imam Nawawi dalam kitabnya Syarh An-Nawawi Li-Muslim, beliau mengukip keterangan Al-Qodhi Abu Ya’laa yang menjelaskan bahwa makna hadits ini bisa bermakna hakiki secara zohir teks dan bisa juga bermakna Majazi (kiasan)
Makna Hakiki dan Majazi
Secara hakiki maksudnya bahwa memang benar pintu surga dibuka, pintu neraka dikunci dan setan-setan dibelenggu sebagai tanda bahwa bulan Ramadhan telah masuk dan juga sebagai penghormatan atas agungnya bulan Ramadhan ini, dan dibelenggunya setan supaya tidak bisa mengganggu manusia untuk terus beribadah di bulan mulia ini.
Itu secara hakiki, tapi bisa juga bermakna Majazi. Yaitu dibukanya pintu surga karena memang dalam bulan ini, seluruh muslim benar-benar memanfaatkan momen keberkahan untuk terus mendekatkan diri dan berintim ria dengan Allah swt. Dengan begitu seakan tidak ada waktu buat mereka kecuali mereka selalu beribadah.
Artinya pintu ketaatan sangat terbuka, sehingga seakan-akan tidak ada peluang mereka untuk bermaksiat karena saking sibuknya dengan ibadah. Ini dikuatkan karena dalam riwayat lain disebutkan dengan redaksi teks hadits:
فتحت أبواب الرحمة
“dibukan pintu-pintu rahmat”
Kemudian tentang dibelenggunya setan, beliau (Al-Qodhi Abu Ya’laa) menjelaskan bahwa yang dimaksud dalam hadits ini ialah berkurang tipuan dan godaannya kepada manusia. Layaknya orang yang dibelenggu, ia tidak bebas melakukan segala hal. Begitu juga setan yang dibelenggu.
Ia tidak sebebas seperti di bulan selain Ramadhan. Godaannya tidak sedahsyat dulu lagi, jangkauan godaannya pun melemah dari orang ke orang. Ini dikuatkan dengan riwayat lain yang menyebutkan bahwa redaksi teks haditsnya seperti ini:
صفدت مردة الشياطين
“Dibelenggu/dikekang godaan para setan”
(Syarhun-Nawawi Li-Muslim 7/188)
Wallahu A’lam
Sumber: Rumah Fiqih/ Ahmad Zarkasih, S.Sy.
Tentu kita tidak bisa mngingkari kebenaran bahwa setan dibelenggu ketika masuk bulan Ramadha, karena memang begitu bunyi redaksi haditsnya. Dan hadits itu dalam derajat yang shohih dan kuat karena diriwayatkan oleh 2 Imam Hadits; Imam Bukhori dan Imam Muslim dalam kitab Shohihnya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ
Dari Abu Hurairoh ra, Rasul saw bersabda: “jika datang bulan Ramadhan, terbuka pintu-pintu surga, dan ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu setan-setan” (Muttafaq ‘Alayh)
Di salah satu forum kajian, saya pernah membahas ini, dengan nada gurau saya katakan:
“Sebenarnya masalah banyak criminal atau maksiat di Ramadhan, bukan masalah setan dibelenggu atau tidak. tapi kriminalitas dan kemaksiatan yang terjadi itu bukan semata-mata karena setan yang menggoda. Itu sangat mungkin terjadi karena factor si manusia itu sendiri.
Selama 11 bulan sebelum Ramadhan, ia telah menggoda si manusia dan berhasil malah jadi pekerjaan rutin si manusia tersebut. Akhirnya dengan godaan itu manusia terbiasa dengan maksiat dan sebagainya. Nah karena memang sudah terbiasa, hingga masuk Ramadhan pun kebiasaan bermaksiat itu tetap ada dan tidak menghilang, karena sudah melekat dan terlalu sulit untuk terlepas.
Si manusia itu sudah bisa mandiri untuk melakukan maksiat tanpa harus mendapat petunjuk lagi dari setan. Jadi keadaannya sekarang sudah independen dan berdiri sendiri tanpa lagi butuh bimbingan setan. Itu karena dia telah berhasil melewati pelatihan yang diberikan setan selama sebelum Ramadhan itu.
Ibarat orang yang ikut pelatihan, dia benar-benar mengikuti training itu dengan seksama dan telaten. Sehingga ketika pelatihan selesai, dia benar-benar bisa mengimplementasikan materi pelatihan dengan baik.
Bahkan dia juga sudah bisa buka pelatihan juga, dan mengajarkan kepada yang lain materi yang telah ia dapatkan di pelatihan sebelumnya. Karena memang benar-benar menguasai! :D “
Ya. (ini yang serius) Imam Nawawi dalam kitabnya Syarh An-Nawawi Li-Muslim, beliau mengukip keterangan Al-Qodhi Abu Ya’laa yang menjelaskan bahwa makna hadits ini bisa bermakna hakiki secara zohir teks dan bisa juga bermakna Majazi (kiasan)
Makna Hakiki dan Majazi
Secara hakiki maksudnya bahwa memang benar pintu surga dibuka, pintu neraka dikunci dan setan-setan dibelenggu sebagai tanda bahwa bulan Ramadhan telah masuk dan juga sebagai penghormatan atas agungnya bulan Ramadhan ini, dan dibelenggunya setan supaya tidak bisa mengganggu manusia untuk terus beribadah di bulan mulia ini.
Itu secara hakiki, tapi bisa juga bermakna Majazi. Yaitu dibukanya pintu surga karena memang dalam bulan ini, seluruh muslim benar-benar memanfaatkan momen keberkahan untuk terus mendekatkan diri dan berintim ria dengan Allah swt. Dengan begitu seakan tidak ada waktu buat mereka kecuali mereka selalu beribadah.
Artinya pintu ketaatan sangat terbuka, sehingga seakan-akan tidak ada peluang mereka untuk bermaksiat karena saking sibuknya dengan ibadah. Ini dikuatkan karena dalam riwayat lain disebutkan dengan redaksi teks hadits:
فتحت أبواب الرحمة
“dibukan pintu-pintu rahmat”
Kemudian tentang dibelenggunya setan, beliau (Al-Qodhi Abu Ya’laa) menjelaskan bahwa yang dimaksud dalam hadits ini ialah berkurang tipuan dan godaannya kepada manusia. Layaknya orang yang dibelenggu, ia tidak bebas melakukan segala hal. Begitu juga setan yang dibelenggu.
Ia tidak sebebas seperti di bulan selain Ramadhan. Godaannya tidak sedahsyat dulu lagi, jangkauan godaannya pun melemah dari orang ke orang. Ini dikuatkan dengan riwayat lain yang menyebutkan bahwa redaksi teks haditsnya seperti ini:
صفدت مردة الشياطين
“Dibelenggu/dikekang godaan para setan”
(Syarhun-Nawawi Li-Muslim 7/188)
Wallahu A’lam
Sumber: Rumah Fiqih/ Ahmad Zarkasih, S.Sy.