Syekh Hisyam Kamil ditanya oleh seorang muridnya, "Ya Syekh, kami sering mendengar pernyataan mengenai kedua orang tua Rasulullah, katanya mereka itu kafir dan masuk neraka?"
Syekh Hisyam menjawab: Pertanyaan semacam ini, saya berharap kalian tidak terlalu banyak memikirkannya. Karena hal semacam ini jikapun kalian tahu tetap saja tidak bermanfaat apa-apa, jika kalian tidak tahu pun tidak membawa mudarat apapun.
Terdapat sebuah hadis yang melarang kita untuk menghina para orang tua meski mereka kafir, agar keturunan mereka tidak tersakiti karena hinaan tersebut. Coba bayangkan jika kita menghina seseorang lalu anaknya mendengar hinaan itu, ia jelas akan marah.
Islam tidak mencela manusia, justru Islam itu menyatukan manusia. Larangan tadi tertuju bagi orang tua dari orang kafir saat itu. Maka bayangkan jika saat ini --setelah lima belas abad-- datang seorang muslim yang berkata bahwa kedua orang tua Rasulullah kafir dan masuk neraka, siapa yang disakiti? Rasulullah! Padahal Rasulullah tidak ingin menyakiti orang kafir.
Saat Ikrimah dan Fathimah, putra dan putri dari Abu Jahal masuk Islam, para sahabat berkata, "Jika bukan karena Ikrimah, sudah pasti kami akan mencela Abu Jahal."
Dan hadis yang menyatakan bahwa "Orang tuaku dan orang tuamu berada di neraka", itu bisa jadi diucapkan oleh Rasulullah ketika beliau belum mengetahui, hingga Allah memberi tahu beliau.
Terdapat sebuah ayat yang berbunyi, "Kami tidak akan menjatuhkan azab (kepada suatu kaum) sampai kami mengutus kepada mereka seorang rasul". Saat orang tua Rasulullah hidup, saat itu tidak ada seorang rasul. Maka mereka merupakan para "Ahli Fatrah", yaitu manusia yang hidup antara dua nabi.
Lalu bagaimana hukum mereka? Apakah kafir? Muslim? Masuk neraka atau surga? Kita serahkan kepada Allah, jika Allah berkehendak untuk menghukum maka Allah akan menghukum mereka, dan jika berkehendak untuk mengampuni maka Allah akan mengampuni mereka.
*Disadur dari pengajian Sirah Nabawiyah bersama Syekh Hisyam Kamil di Wisma Nusantara hari Rabu (2/7)
Sumber: fb