Jurus Mabok Ahok Meraih Simpati Umat Islam


Gubernur DKI Jakarta Ahok tahu bahwa untuk menang kembali dalam Pilkada 2017 di Jakarta tidaklah mudah. Kemenangannya 2012 lalu, tentu tak bisa dilepaskan dari pengaruh Jokowi yang melegenda. Dan saat itu Ahok hanya wakil gubernur.

Ahok tahu kini ia menghadapi lawan-lawan yang berat. Mulai dari Sandiaga Uno, Ridwal Kamil, sampai Yusril Ihza Mahendra. Apalagi kalau PKS dan Gerindra bersatu mencalonkan Ridwan Kamil-Sandiaga Uno, Ahok siapapun pasangannya kemungkinan akan ‘tewas’.

Lawan yang berat ini disadari gubernur etnis Cina ini. Karena itu tahun 2016 ini ia akan mulai melemparkan jurus-jurus ‘maut’ untuk meraih simpati umat Islam Jakarta. Mulai dari pembangunan Masjid Fatahillah di Balaikota, sampai pembersihan tempat-tempat lokalisasi di Jakarta.

Kini yang menjadi incaran Ahok adalah Kalijodo. Bulan depan bisa jadi tempat-tempat lainnya. Meski alasan Ahok memberangus Kalijodo, adalah alasan jalur hijau, tapi siapapun tahu bahwa Kalijodo adalah tempat prostitusi terkenal di Jakarta. Sekali pukul, dapat beberapa ikan, begitu mungkin tendangan Ahok.

Dalam memainkan jurus mabuk menjelang 2017 ini, bisa jadi Ahok menabrak mulutnya sendiri. Sebab, dimana-mana tadinya ia ngomong bahwa seorang laki-laki tidak boleh munafik senang perempuan cantik, lokalisasi tidak bisa diberantas dan seterusnya. Tapi, demi popularitas dan meraih simpati, Ahok akan mengorbankan prinsip-prinsip yang ia pegang selama ini.

Karena itu, tidak heran ia juga mulai mengincar untuk memberangus prostitusi di Hotel Alexis Jakarta Utara. Ahok sedang mengumpulkan bukti-bukti tentang pelacuran terorganisir di sana.

Gubernur Cina ini nampaknya belajar dari Walikota Surabaya, Tri Rismaharini. Rima, karena prestasi utamanya memberangus tempat pelacuran terbesar di Surabaya Dolly, menjadikan ia menang mudah dalam Pilkada 2016 ini.

Ahok tahu, bahwa masyarakat Islam Jakarta tidak ada yang setuju dengan pelacuran. Ahok butuh sekitar 20% lagi dukungan dari umat Islam Jakarta. Masyarakat non Islam Jakarta, yang jumlahnya sekitar 20% hampir pasti akan kembali mendukung Ahok. Dan kemungkinan pasangan yang akan maju pada Pilkada 2017 Jakarta lebih dari dua pasang. Karena itu angka 40% sudah cukup bagi Ahok untuk menapaki kembali tangga Balaikota Jakarta.

Sementara itu, gerakan konvensi gubernur Muslim Jakarta yang dipimpin Habib Rizieq Shihab sampai saat ini belum ada partai Islam yang mendukung. Padahal gerakan ini telah aktif merambah kaum bawah dan majelis taklim, dan kini anggotanya mungkin sekitar 500 ribu orang. Gerakan yang dipelopori habaib dan kiyai betawi ini kini telah membangun ratusan Posko Rakyat untuk menyambut gubernur Muslim Jakarta 2017. Mereka menginginkan hanya satu pasang calon gubernur Muslim Jakarta untuk melawan Ahok. Mereka memprediksi bila pasangan Muslim yang maju lebih dari satu, Ahok akan melenggang jadi gubernur kembali.

Bila gerakan yang dipelopori Imam Besar FPI ini bertemu dengan partai-partai (Islam) di Jakarta, hampir pasti Ahok bisa digulung. Tapi, bila tidak, maka berbagai kemungkinan bisa terjadi.

Pendukung Ahok, kini di kalangan partai juga bertambah. Yang sudah terang-terangan akan mencalonkan Ahok adalah Partai Nasdem dan PKB. Dan nampaknya PDIP akan menyusul. Semantara partai-partai lain masih belum jelas calonnya.

Walhasil, sebagai umat Islam, kita jangan lupa bahwa wajib memilih pemimpin Islam di wilayah kita. Dan jangan lupa Ahok ini gubernur yang tidak peduli terhadap akhlak warganya. Ahok pernah menyatakan dukungannya kepada miras, pelacuran dan perjudian. Ahok pernah mengatakan: “Kerusakan akhlak jelas bukan soal politik, negara ini rusak karena mencampuradukkan agama dan politik. Kita bisa berdebat di luar itu, banyak orang munafik, ada nggak pejabat yang berani melaporkan harta kekayaannya dan pajak yang dibayarkannya, tidak ada yang berani Pak, munafik!.”

Ahok juga mengatakan dunia politik dengan kemunafikan. Banyak pejabat yang mengaku berakhlak, namun kenyataan berbicara sebaliknya. “Yang penting itu tiga hal, perut, otak sama dompet,” ujar gubernur non Muslim ini.

Bila PKB, Nasdem dan PDIP bergabung mendukung Ahok, dan partai-partai lain tidak menyatu mencalonkan gubernur Muslim, maka kita ucapkan selamat tinggal gubernur Muslim Jakarta. Bagaimana mau menang, bila tokoh-tokoh Islam terus berpecah belah?

Wallahu alimun hakim.

*IZ

Sumber: http://ift.tt/1XJRDVT