Cara Konyol Jokowi Bekukan Mafia


Ada orang yang sangat yakin bahwa karena di PSSI banyak mafia, maka untuk membenahinya harus dibekukan dulu. “Tidak masalah untuk sementara kita tidak ikut ajang Internasional. Asal sepak bola Indonesia bisa kita benahi.” Orang Melayu bilang, macam betol pernyataan ini. Ditambahkannya lagi, “Lah, untuk apa kita ikut pertandingan Internasional kalau kalah terus!”

Tapi, kalau karena mafia kemudian PSSI dibekukan, rasanya ada banyak lembaga nih yang perlu dibekukan. Polisi banyak mafia, KPK banyak mafia, partai politik banyak mafia, pengadilan banyak mafia, perusahaan-perusahaan BUMN itu banyak mafia dan negara ini banyak mafia!

Apakah berarti bahwa untuk membenahi polisi, KPK dan pengadilan, maka semua lembaga ini akan dibekukan? Atau karena mafia berkeliaran di BUMN-BUMN kita, kemudian Pertamina, Telkom, PLN dan lainnya kita bekukan? Atau karena naiknya Jokowi menjadi presiden, apakah untuk membenahi Indonesia, maka negara ini harus dibekukan?

Kalau Presiden atau Menpora tahu keberadaan mafia di PSSI, para mafia itu aja yang dihabisi. Jangan PSSI-nya yang dibekukan! Serius nih, asal Jokowi mau, Nahrawi mau, mudah kok memberantas mafia sepak bola. Sebagai bosnya polisi, Jokowi tinggal perintahkan polisi untuk nangkepin mafia tersebut. Bukankah selama PSSI dibekukan, polisi juga sudah nurut kan sama Kemenpora, polisi sudah tidak pernah mau mengeluarkan ijin bertanding yang diajukan peserta Liga di bawah PSSI.

Nah, jadi siapa sebenarnya mafia bola yang Anda maksud, Pak Jokowi, Mas Nahrawi? Andi Matalata kah yang dimaksud, atau siapa? Enggak usah takut sama orang-orang itu, kalau memang Anda yakin mereka adalah mafia! Tapi, harus jelas lho ya, sangkaannya. Biar orang-orang tidak berasumsi bahwa Anda sebenarnya sedang beroperasi, ingin mengganti lawan politik Anda di PSSI dengan orang-orang yang bisa Anda cocok hidungnya.

Sepak bola adalah hiburan banyak orang. Dari semua level kehidupan, semua orang di negeri ini suka bola. Sudahlah Pak Jokowi, Anda jangan terus-terusan jumawa, karena merasa diri banyak yang mendukung kemudian suka memusuhi orang banyak. Suka ngelabui orang banyak. Sudahi pernyataanmu, “Saya siap untuk tidak poluler demi kemajuan, demi kebaikan.” Nyatanya, Anda semakin hari semakin memupuk musuh, sedang kemajuan dan kebaikan yang Anda maksud, tak jua menemui hasilnya.

Sadarlah Pak Jokowi, bahwa Anda dipilih satu paket dengan Jusuf Kalla, bukan dengan Luhut Panjaitan, Surya Paloh Megawati, Muhaimin Iskandar atau Wiranto. Maka, apa sebenarnya yang menghalangi Anda untuk menerima ide dan kerja Pak JK, yang sebelumnya telah berhasil mencarikab titik temu keruwetan PSSI?

(Abrar Rifai)