Dirosah Yaumiyyah/pengajian harian Syaikhina KH. Muhammad Najih Bin Syaikhina KH. Maimoen Zubair mengcounter pernyataan gubernur DKI Jakarta Basuki/Ahok tentang penutupan lokalisasi.
Pernyataan Ahok seperti yang dikutip beberapa media menyebutkan: “Jangan asal melarang orang (berbuat kemunkaran). Lha wong kalian aja masih punya dosa. Kalau kalian sudah nggak punya dosa (seperti Nabi), baru kalian bisa melakukan itu (penutupan lokalisasi)”.
Menurut Gus Najih, pernyataan Ahok sangat -sangat problematis apabila dihadapkan kepada konsep Amar Makruf Nahi Munkar.
Dalam sebuah hadits dijelaskan;
روي عن انس قال ؛قلنا يا رسول الله لا نأمر بالمعروف حتى نعمل به كله، ولا ننهى عن المنكر حتى نجتبه كله، فقال النبي صلى الله عليه وسلم؛ بل مروا بالمعروف وان لم تعملوا به كله، وانهوا عن المنكر و ان لم تجتنبوه كله، رواه الطبراني في المعجم الصغير والكبير
Dari Shahabat Anas Ra berkata: Kita (para shahabat) bertanya; "Wahai Rasulullah, kita tidak memerintahkan yang makruf/kebaikan sebelum kita melakukan semua kebaikan? Dan kita tidak mencegah dari kemunkaran sebelum meninggalkan semua kemunkaran?"
Rasulullah menjawab: “Bahkan kalian harus memerintahkan yang makruf/kebaikan meskipun kalian belum melakukan semuanya. Dan cegahlah kemunkaran meskipun kalian belum bisa menjauhi semuanya." (HR Ath Thabrani dalam Mu’jam Kabir dan Shagir).
وقال السيد مرتضى الزبيدي ؛ ولو توقف الامر والنهي عن الاجتناب لرفع الامر بالمعروف وتعطل النهي عن المنكر وانسد باب النصيحة.
Berkata Sayyid Murtadho Az Zabidi: “Andaikan Amar Makruf dan Nahi Munkar berhenti karena belum bisa menjauhinya, Maka akan terhentilah Amar Makruf Nahi Munkar dan tertutup pintu untuk menasehati."
Gus Najih sangat menyayangkan ternyata pernyataan Ahok ini diamini oleh sekelompok orang bahkan dari kalangan kita (NU) sendiri.
*Sumber: nugarislurus.com