Turki tak akan menjatuhkan tuntutannya kepada Israel untuk mengakhiri blockade terhadap Jalur Gaza dalam upayanya untuk normalisasi hubungan dengan Israel, sebut juru bicara kepresidenan Ibrahim Kalin.
“Yang terjadi di Gaza tak dapat diterima, pendudukan oleh Israel harus diakhiri,” sebut Kalin, menambahkan bahwa krisis kemanusiaan di Gaza harus ditanggulangi.
Dia menyebut bahwa belum ada perjanjian final dalam perjanjian perbaikan hubungan dengan Israel dan pembicaraan tersebut akan terus berlanjut dalam beberapa minggu ke depan.
Kalin juga mengindikasikan bahwa kedua pihak telah mencapai titik tertentu dalam isu kompensasi terhadap para keluarga korban penyerangan Mavi Marmara dimana pasukan Israel telah membunuh 10 orang Turki dan melukai 55 lainnya.
Kementerian luar negeri pada hari Jumat (22/4) menyebut bahwa delegasi Turki dan Israel telah membuat kemajuan menuju finalisasi perjanjian dalam berbagai pembicaraan sejak minggu lalu.
Menurut sebuah pernyataan yang dirilis oleh kementerian luar negeri, Undersecretary dari Kementerian luar negeri Turki Feridun Sinirlioglu, utusan khusus perdana Menteri Israel Joseph Ciechanover dan kepala dewan keamanan nasional Israel jendral Jacob Nagel menghadiri pertemuan pada 7 April tersebut.
Para pejabat Turki dan Israel pertama kali bertemu pada Desember 2015 dan mencapai perjanjian awal untuk menormalisasikan hubungan, termasuk dikirimnya kembali duta besar ke masing-masing Negara, setelah Israel setuju untuk membayar kompensasi 20 juta dollar kepada para keluarga korban penyerangan Mavi Marmara. Dalam sebuah pertemuan yang digelar pada awal Februari 2016, para Pejabat Turki dan Israel mendiskusikan pelonggaran blockade Gaza, yang ingin dibangun kembali oleh Ankara.
Ankara menggarisbawahi bahwa hubungan dengan Israel tak dapat dinormalisasi kecuali syarat-syarat Turki seperti mengakhiri blokade Gaza dan memberikan kompensasi bagi para korban Mavi Marmara dipenuhi.
Krisis diplomatik antara Turki dan Israel bermula pada Mei 2010 saat pasukan komando Israel menaiki dan menyerang Mavi Marmara, sebuah kapal sipil misi kemanusiaan yang mencoba untuk mematahkan blockade Israel terhadap Gaza.
Pemerintah Israel mengambil langkah pertama menuju rekonsiliasi dengan Turki pada 24 Maret 2013, saat Netanyahu meminta maaf atas kesalahan penyerangan tersebut dalam sebuah conference call dengan (mantan) perdana menteri Recep Tayyip Erdogan dan presiden Amerika Serikat Barrack Obama. Sejak saat itu upaya rekonsiliasi terus berlanjut.
Sumber: dailysabah