Seorang jurnalis dari Hidayatullah, Yahya G. Nasrullah menuturkan saat dirinya berkunjung dan meliput ke lokasi Pasar Ikan Luar Batang yang sudah digusur dan diratakan dengan tanah oleh Gubernur Ahok, ternyata masih banyak warga yang memilih bertahan di lokasi sampai sekarang.
Alasannya sederhana, mereka tidak ingin pindah dari lingkungan yang telah ditinggalinya selama puluhan tahun. Terlebih, karena memang dirasa tak ada pilihan lain yang lebih baik.
Syamsudin misalnya, ia mengaku tidak bisa menerima solusi dari Pemprov DKI Jakarta yang menyiapkan rumah susun (rusun) bagi warga Pasar Ikan.
“Saya tidak akan pindah karena sudah sejak puluhan tahun tinggal di sini,” ujarnya.
Selain itu, solusi yang ditawarkan Pemprov DKI dinilai tidak menyelesaikan masalah. Pengalaman temannya yang sudah pindah ke Rusun Rawa Bebek, kata Syamsuddin, justru pengeluarannya membengkak.
Misalnya, tutur dia, ongkos dari rusun ke daerah Sunda Kelapa setiap hari Rp 10 ribu, jadi sekitar Rp 300 ribu sebulan. Biaya makan juga bertambah.
“Walaupun sewa 3 bulan pertama gratis, tetep banyak kebutuhan awal karena pindah,” ujarnya.
Menurut penuturan Yahya, warga yang tetap bertahan di bekas gusuran sangat sensitif terhadap wartawan yang datang, kalau tau dari media pendukung Ahok maka warga tak segan mengusir, salah satunya adalah dari MetroTV.
"Pas ngobrol2 sama pemuda disana (mereka cukup sensitif sama wartawan, hrs tau dari media mana) mereka cerita, pernah pas ada wartawan Metr* Tv kesana katanya sampe ada yg nimpuk trus diusir gitu. Saking keselnya katanya," tutur Yahya di akun facebooknya, Senin (25/4).
[Posko kemanusiaan sebagai tenda satu-satunya di Pasar Ikan saat gambar ini diambil (23/04/2016)]
Liputan kondisi Setelah Pasar Ikan Rata Digusur Ahok bisa dibaca di Hidayatullah: http://ift.tt/26pPIeS