Kedzoliman adalah diantara keburukan dan dosa yang merebak saat ini. Baik secara sengaja atau tidak sengaja seseorang dengan mudah melakukan perbuatan yang dapat mendzolimi atau minimal menyakiti orang lain. Penguasa dzolim pada rakyatnya, atasan pada bawahannya, kepala keluarga dzolim pada keluarganya, tetangga dzolim kepada tetangga lainnya dan seterusnya. Padahal acaman bagi orang yang dzolim sangat berat, baik di dunia dan terlebih lagi di akhirat. Diantaranya adalah sabda Rasulullah shollallahu alaihi wasallam,
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا , مَعَ مَا يُدَّخَرُ لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْبَغْيِ , وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ
“Tidak ada dosa yang patut dipercepat siksanya di dunia oleh Allah kepada pelakunya, selain itu ia kelak mendapatkan siksaan di akhirat, daripada dosa kezaliman dan memutus tali kekerabatan.” (HR Tirmidzy, dishahihkan Albani)
Imam Adz-Dzahabi menuturkan dalam kitabnya Al-Kaba’ir, seperti dikutip oleh Dr. Abdul Aziz Al-Fauzan dalam bukunya Fiqih Sosial (Terj). “Aku telah melihat seorang lelaki yang tangannya terpotong mulai bagian pundaknya dan dia menyeru, “Barangsiapa yang melihatku, maka janganlah pernah menganiaya seorang pun.”
Aku pun mendekatinya dan bertanya kepadanya, “Wahai saudaraku, bagaimana ceritanya hal ini bisa terjadi?” Dia berkata, “Kisah yang aneh. Dahulu aku adalah orang yang sering berbuat zalim. Pada suatu hari, aku melihat seorang nelayan yang mendapatkan ikan yang sangat besar dan aku pun tertarik akan ikan tersebut.
Kemudian aku datang kepadanya dan berkata, “Berikanlah ikan itu kepadaku!” Dia menjawab, “Aku tidak akan memberikannya kepadamu, aku akan menjualnya untuk makan keluargaku”.
Kemudian aku memukulnya dan mengambil ikan tersebut secara paksa, lalu aku pergi. Ketika aku berjalan membawa ikan rampasan, ikan itu menggigit ibu jari tanganku dengan gigitan yang sangat kuat. Ketika aku sampai ke rumah, aku lemparkan ikan itu.
Ibu jariku terasa sangat sakit sampai aku tidak dapat tidur, tanganku pun menjadi bengkak. Ketika tiba waktu pagi, aku pergi kepada seorang dokter. Kemudian ia berkata, “Racun gigitan ini mulai merambat, potonglah telapak tanganmu”.
Aku pun memotongnya. Tetapi rasa sakit masih terus menjalar bahkan semakin kuat, hingga akhirnya ku potong sampai siku. Tetapi tetap saja, rasa sakit itu makin menjadi. Kemudian orang-orang bertanya, “Apa yang menyebabkanmu mengalami hal ini?” Lalu aku ceritakan kisah ikan tadi.
Mereka berkata kepadaku, “Seandainya engkau meminta maaf kepada orang yang punya ikan ketika rasa sakit pertama menimpamu dan meminta keikhlasannya, niscara engkau tidak akan memotong satu bagian pun dari anggota tubuhmu. Pergilah sekarang kepadanya danmintalah keikhlasannya sebelum sakit itu menjalar ke seluruh tubuhmu.
Akun mencarinya dan bertemu. Aku langsung tersungkur di kakinya, menciumnya lalu menangis dan aku katakan padanya, “Wahai tuan, demi Allah, ampunilah diriku”. Kemudian aku bertanya kepadanya, “Apakah engkau mendoakan buruk atasku akibat ikan yang telah aku ambil?”
Dia menjawab, “Ya aku berdoa, Ya Allah, dia telah menganiayaku dengan kekuatannya, maka tunjukkanlah kekuasaan-Mu dalam hal itu”. Lalu aku berkata, “Wahai tuan, Allah telah menunjukkan kekuasaan-Nya terhadap diriku dan aku bertaubat kepada Allah Subhanahu Wata’ala."
Secara umum, perbuatan zalim terbagi dalam tiga kategori. 1) Syirik, mensekutukan Allah (QS. 31: 13). Zalim ini adalah zalim yang tidak akan diampuni sama sekali. 2) Zalim seorang manusia kepada dirinya sendiri dengan melakukan maksiat kepada Allah. Zalim ini tidak menjadi beban bagi Allah. 3) Zalim seorang manusia kepada sesama manusia. Zalim ini yang tidak akan dibiarkan Allah Subhanahu Wata’ala.
Kezaliman ketiga atau kezaliman terhadap sesama merupakan kezaliman yang lebih berat dari sebelumnya, paling banyak dosanya, serta memiliki akibat yang paling buruk.
Seseorang tidak akan bisa lari darinya dan tidak bisa terhindar dari bahaya dan dosanya hanya dengan sekedar berhenti dan menyesali kezaliman yang diperbuatnya. Kecuali orang yang terzalimi atau dizalimi memberikan maaf secara ikhlas kemudian yang menzalimi segera mengembalikan hak-hak yang terzalimi.
Dr. Abdul Aziz Al-Fauzan mengutip pernyataan Ulama terdahulu, Sufyan Tsauri, “Bertemu Allah dengan 70 dosa yang engkau lakukan atas Allah, akan lebih ringan daripada bertemu dengan-Nya dengan membawa satu dosa yang engkau lakukan atas orang lain”.
Sementara itu, masih dalam buku yang sama, Abu Bakar Al-Warraq berkata, “Perkara yang banyak menyebabkan terlepasnya iman dalam hati adalah berlaku zalim terhadap sesama manusia”.
Zalimnya seseorang terhadap orang lain tidak terbatas pada beberapa perilaku saja. Setiap perilaku yang mengganggu kepentingan orang lain atau lalai dalam memberikan hak-hak mereka, maka perilaku itu disebut zalim, baik melalui ucapan maupun perbuatan.
Berikut beberapa di antaranya.
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa melihat ke dalam rumah satu kaum tanpa izin mereka, maka dihalalkan bagi mereka untuk mencongkel matanya.” (HR. Bukhari).
Riwayat yang lain juga menyebutkan bahwa, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang menzalimi sejengkal tanah, maka akan dikalungkan kepadanya tujuh bumi.” (HR. Bukhari).
Jadi, kezaliman bukan perkara ringan. Perbuatan itu akan sangat memberatkan pelakunya baik di dunia lebih-lebih di akhirat.
Rasulullah SAW bersabda,
الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Kezhaliman adalah kegelapan di hari kiamat.” (HR Bukhari dan Muslim)
Suatu ketika Rasulullah SAW bertanya kepada sahabatnya, "Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut?" Para sahabat menjawab, "Orang yang bangkrut menurut pandangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham (uang) dan tidak memiliki harta benda". Kemudian Rasulullah bersabda "Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat membawa pahala shalat, pahala puasa dan zakatnya. Akan tetapi ketika di dunia dia mencaci orang lain, menuduh orang lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain, memukul orang lain, lalu dia diadili dengan cara kebaikannya dibagi-bagikan kepada orang ini dan kepada orang itu yang pernah dia zhalimi. Sehingga apabila seluruh pahala amal kebaikannya telah habis, tapi masih ada orang yang menuntut kepadanya, maka dosa-dosa mereka yang pernah dizhaliminya ditimpakan kepadanya dan pada akhirnya dia dilemparkan ke dalam neraka." (HR. Muslim)