(Anis Matta saat kampanye 2014 di kabupaten Bandung)
By: Nandang Burhanudin
Teringat paparan wawancara seorang Profesor Tjipta Lesmana di TV ONE, singkatnya PKS akan terjun bebas di 2014. Jelas tak mengada-ada. Fakta LHI ditelanjangi secara terbuka. Semua riuh gembira. PKS kempes. Tapi apa yang terjadi? M. Anis Matta tampil dengan semangat menggelora, menghentakkan kaki untuk NAIK...NAIK. PKS makin solid.
Tak dipungkiri sosok M. Anis adalah tipe pembelajar cepat, smart, dan cermat. Mampu membaca kata di balik kata. Melihat wacana di balik permainan logika. Anis Matta nampaknya kental dengan tulisan-tulisan Afgani, Rashid Ridha, AlBanna, Sayyid Qutb, AlQaradhawi, Ghannouchi, dll. Namun Anis Matta memiliki keunggulan berupa saldo kosakata cinta.
Lain halnya dengan Fakhri Hamzah. Jika bicara jauh dari pesona kata. Tapi jiwa normal mampu menangkap ada pesona sendiri di balik tagar dan diksi yang terlontar. AM dan FH sama-sama orang Timur. FH digodok di dunia gerakan kemahasiswaan. Sedang AM dicelup dunia pemikiran. Dua magnet yang cukup mengaduk-aduk emosi jiwa. AM Cetar...gelegar... Sedang FH sangar tanpa kelakar.
Tak dipungkiri, FH dan AM adalah tokoh berpengaruh dengan kontribusi maksimal. Tak sedikit yang menjadikan lontaran kata keduanya adalah fatwa. Namun di balik kehebatan mereka dan semua tokoh PKS. Ternyata ada yang lebih hebat. Siapa mereka?
Pengen tau apa bangeet....
Mereka adalah kader-kader akar rumput yang gerak-geriknya tak menarik diliput. Di Depok ada seorang Ustazah bernama Indra Asih. Membina lebih 190 orang setiap hari dalam 11 grup binaan. Jumlah grup yang mengalahkan jumlah hari dalam seminggu. Tidak hanya itu. Ia pun mengelola 7 majlis taklim dengan jamaah sekitar 475 orang. Ada lagi seorang ustadz di Jogyakarta yang memiliki binaan 15 kelompok. Namanya: Ust Nandar Winoro, yang punya 40 TKIT.
Nah itu yang di dalam negeri. Pun demikian mujahid-mujahid dakwah di LN. Bahkan di pelosok kepulauan dan hutan. Mereka terus menebar jala-jala kebaikan, demi tercapainya Ishlahil hukumah dan peradaban Islam di Indonesia.
Orang-orang hebat di akar rumput inilah yang dikenal sebagai silent majority. Tak terpengaruh hiruk pikuk atau intrik news di Jakarta. Mereka selalu berpedoman; dakwah adalah panglima. Syuuro adalah manajemen pemutus tertinggi. Hasil Syuuroo yang sesuai manhaj, tidak mungkin merusak dan memecah belah. Mereka yang di akar rumput menghayati betul materi SalamatusShadr, Husnuzhann. Walasaufa yu'thika Rabbuka litardhaa.
Intelejen paham, berharap kader PKS membelot, sama dengan berharap ikan naik pohon. Namun intelejen pun paham. Tak ada gading yang tak retak. Mereka belajar dari kesuksesan mengkudeta Presiden Mesir, Dr. Mursi di Mesir. Salah satunya, menjauhkan Mursi dari Dewan Syuro IM dan menyusupkan binaan intel ke dalam institusi Tanzhim IM.
Yakinlah. Ikan tak akan bisa manjat pohon. Tapi ikan pun akan dibuat kaku dan dibusukkan di lautan. Jika berhenti bergerak melawan ombak.[]