Beberapa waktu lalu presiden sampe marah-marah akibat tidak mendapat jawaban soal masih besar dwelling time (waktu tunggu untuk bongkar muat) di pelabuhan Tanjung Priok. Banyak petinggi kena semprot, bahkan presiden sampe ngancam segala.
Ternyata oh ternyata...
Sumber informasi awal soal dwelling time itu nggak jelas... hehehe... Otomatis, datanya juga enggak jelas dan susah dipertanggungkawabkan.
Blusukan, dapat data dari bawah itu memang bagus, tetapi hanya cocok untuk level kabupaten atau kota kecil. Kalau level Negara, bahaya metode begituan. Karena hal-hal yang bersifat mikro digunakan untuk (tujuannya sih) membuat yang makro menjadi lebih baik. Tetapi, memperbaiki makro dari pendekatan mikro sangatlah berbahaya.
Contohnya, ya gini ini. Sumber data mikronya nggak jelas, penanggung jawab level makro nya disemprot-semprot... di depan umum lagi. Di depan media. Padahal? Ha ha... presidennya yang salah sumber.
(Canny Watae)
***
Dirut Pelindo Datangi Istana Bawa Bukti Foto Jokowi dan Petugas BC
Direktur Utama PT Pelindo II (Persero) RJ Lino mendatangi Kompleks Istana Kepresidenan. Lino bukan dipanggil Presiden Joko Widodo (Jokowi), melainkan bertemu dengan Kepala Staf Kepresidenan Luhut Panjaitan di Gedung Bina Graha.
Kedatangan Lino ini untuk menjelaskan permasalahan waktu bongkar muat atau dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara yang membuat Presiden Jokowi marah. Lino menggunakan kemeja putih, celana hitam dan membawa tas punggung.
Dalam tasnya tersimpan dokumen print out foto ketika Presiden Jokowi mengunjungi kantor Pelindo II beberapa hari lalu. Dirinya langsung membuka tas dan menunjukkan gambar tersebut kepada awak media.
Menurut Lino, yang menjelaskan mengenai kondisi dwelling time kepada Presiden Jokowi adalah petugas Bea Cukai dan bukan petugas dari Pelindo II. Hal ini yang membuat Jokowi marah karena jawaban dari pertanyaannya tidak mendapatkan jawaban sesuai yang diharapkan.
"Presiden itu kan tanya ke orang Bea Cukai. Wartawan saja yang salah ngutip bilangnya orang pelabuhan," kata Lino, Jakarta, Senin (22/6/2015).
"Ini yang ditanya Presiden, itu orang Bea Cukai, ditanya enggak bisa jawab," sambungnya sambil memperlihatkan gambar presiden saat berbincang dengan petugas tersebut.
Pada Rabu 17 Juni kemarin, Jokowi mengunjungi pelabuhan Pelindo II. Jokowi terlihat emosi karena lamanya dwelling time di pelabuhan-pelabuhan Indonesia sudah lama terjadi, sehingga membuat biaya logistik di pelabuhan mencapai 24,5 persen terhadap Gross Domestic Product (GDP).
"Kita seperti ini sudah lama. Tadi disampaikan ke saya ada yang sehari, tiga hari, tapi ada yang 20 hari hingga 25 hari, itu yang harus diselesaikan, entah urusan dengan karantina, perdagangan saya enggak mau tahu. Yang penting mendekati dwelling time negara-negara tetangga," paparnya.
Jokowi pun tidak ingin banyak bicara usai rapat di control room di Kantor Pusat PT Pelindo II (Persero). Dirinya hanya ingin pelayanan dan dwelling time di pelabuhan lebih cepat, efisien dalam memberikan pelayanan pada pemain-pemain impor maupun ekspor.
"Urusan kita adalah urusan melayani, urusan masalah tracking, loading, dan memang itu urusannya pemain bisnis," paparnya.
http://ift.tt/1IZ6sx7