Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menuntut pejabat terkait Tiongkok untuk mengungkap standar teknologi yang digunakan kereta api cepat Bandung-Jakarta. Agar kenyamanan dan keselamatan penumpang semakin terjamin.
"Mereka harus benar-benar menerapkan standar teknis, termasuk teknologi yang digunakan di sini (Cina-red), untuk dipasang di kereta api cepat Jakarta-Bandung. Jika hal tersebut tidak dapat dipenuhi mereka, saya tidak akan keluarkan ijin bagi operasional kereta cepat ini," kata Jonan di Beijing, Cina Jumat waktu setempat, 22 April 2016.
Menhub Jonan telah melakukan pembicaraan dengan Menteri Pembangunan Pembangunan dan Reformasi Cina (The National Development and Reform Commission of the Peoples Republic of China /NDRC), atau Bappenas-nya Cina, Xu Shaoshi. Selain itu, Menhub Jonan juga telah bertemu dengan Menteri Transportasi Cina, Yang Chuantang, serta Presiden China Railway Sheng Guangzu.
Didampingi Duta Besar RI untuk Cina merangkap Mongolia, Soegeng Rahardjo, dalam pertemuan dengan Menteri Xu Shaoshi, Jonan menegaskan, Kementerian Perhubungan RI sangat mendukung proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung. Namun, standar teknis dan teknologi yang digunakan, haruslah jelas.
"Standar teknis dan teknologi yang digunakan sangat berkaitan dengan kenyamanan dan keselamatan penumpang. Karenanya pihak NDRC dan konsorsium harus dapat memastikan standar teknis serta teknologi yang digunakan," kata Jonan.
Jonan menambahkan, kereta api cepat di Cina yang berkecepatan 350 kilometer per jam, menggunakan lebar rel-nya 5 meter.
"Kita minta yang sama untuk kereta api cepat Jakarta-Bandung. Jangan diubah standarnya, lebar rel 4,6 meter, untuk kecepatan 350 kilometer jam. Selisih 0,4 meter saja, sangat berpengaruh," papar Jonan.
Dalam proyek senilai Rp78 triliun tersebut, Cina semula mencantumkan standar kecepatan 250 kilometer per jam, dengan lebar rel kereta api 4,6 meter. Namun, belakangan tingkat kecepatan dikerek naik menjadi 350 kilometer per jam, sementara lebar rel kereta ditambah menjadi 5 meter, seperti standar teknis yang digunakan di Cina.
"Proyek ini dibangun oleh Cina, menggunakan standar teknis dan teknologi Cina. Ya itu yang dipakai, jangan menggunakan standar berbeda. Jika, ini dilakukan maka kami akan menggunakan konsultan independen negara lain untuk proyek ini. Tentu pihak Cina mau kan," tegas Jonan.
Menanggapi itu Menteri Xu Saoshi menjamin bahwa kereta api cepat yang dibangun untuk rute Jakarta-Bandung, bakal menyesuaikan dengan standar dan teknologi Cina.
Ia menambahkan, pemerintah Cina sangat mengapresiasi dukungan Kementerian Perhubungan RI, serta perhatian mengenai standar serta tekonologi yang bakal digunakan dalam pembangunan kerreta cepat Jakarta-Bandung.
Dalam pertemuan dengan Menhub China, Yang Chuantang, Menhub Jonan menyampaikan hal serupa. Dirinya juga meminta agar Kementerian Perhubungan Cina memberikan jaminan terkait perubahan standar teknis serta teknologi yang digunakan pada kereta api cepat Jakarta-Bandung.
"Jika ada perubahan standar teknis dan teknologi yang digunakan, semisal terkait kecepatan yang berubah dari semula 250 menjadi 350 kilometer per jam, kami harus diberitahu lebih dulu. Dan itu diketahui serta dijamin oleh Kementerian Perhubungan Cina. Agar kereta api cepat Jakarta-Bandung itu, benar-benar nyaman dan aman digunakan. Jangan perubahan itu dilakukan begitu saja saat pembangunan berjalan, tanpa pemberitahuan dan jaminan dari regulator Cina," ujar Jonan.
"Mereka harus benar-benar menerapkan standar teknis, termasuk teknologi yang digunakan di sini (Cina-red), untuk dipasang di kereta api cepat Jakarta-Bandung. Jika hal tersebut tidak dapat dipenuhi mereka, saya tidak akan keluarkan ijin bagi operasional kereta cepat ini," kata Jonan di Beijing, Cina Jumat waktu setempat, 22 April 2016.
Menhub Jonan telah melakukan pembicaraan dengan Menteri Pembangunan Pembangunan dan Reformasi Cina (The National Development and Reform Commission of the Peoples Republic of China /NDRC), atau Bappenas-nya Cina, Xu Shaoshi. Selain itu, Menhub Jonan juga telah bertemu dengan Menteri Transportasi Cina, Yang Chuantang, serta Presiden China Railway Sheng Guangzu.
Didampingi Duta Besar RI untuk Cina merangkap Mongolia, Soegeng Rahardjo, dalam pertemuan dengan Menteri Xu Shaoshi, Jonan menegaskan, Kementerian Perhubungan RI sangat mendukung proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung. Namun, standar teknis dan teknologi yang digunakan, haruslah jelas.
"Standar teknis dan teknologi yang digunakan sangat berkaitan dengan kenyamanan dan keselamatan penumpang. Karenanya pihak NDRC dan konsorsium harus dapat memastikan standar teknis serta teknologi yang digunakan," kata Jonan.
Jonan menambahkan, kereta api cepat di Cina yang berkecepatan 350 kilometer per jam, menggunakan lebar rel-nya 5 meter.
"Kita minta yang sama untuk kereta api cepat Jakarta-Bandung. Jangan diubah standarnya, lebar rel 4,6 meter, untuk kecepatan 350 kilometer jam. Selisih 0,4 meter saja, sangat berpengaruh," papar Jonan.
Dalam proyek senilai Rp78 triliun tersebut, Cina semula mencantumkan standar kecepatan 250 kilometer per jam, dengan lebar rel kereta api 4,6 meter. Namun, belakangan tingkat kecepatan dikerek naik menjadi 350 kilometer per jam, sementara lebar rel kereta ditambah menjadi 5 meter, seperti standar teknis yang digunakan di Cina.
"Proyek ini dibangun oleh Cina, menggunakan standar teknis dan teknologi Cina. Ya itu yang dipakai, jangan menggunakan standar berbeda. Jika, ini dilakukan maka kami akan menggunakan konsultan independen negara lain untuk proyek ini. Tentu pihak Cina mau kan," tegas Jonan.
Menanggapi itu Menteri Xu Saoshi menjamin bahwa kereta api cepat yang dibangun untuk rute Jakarta-Bandung, bakal menyesuaikan dengan standar dan teknologi Cina.
Ia menambahkan, pemerintah Cina sangat mengapresiasi dukungan Kementerian Perhubungan RI, serta perhatian mengenai standar serta tekonologi yang bakal digunakan dalam pembangunan kerreta cepat Jakarta-Bandung.
Dalam pertemuan dengan Menhub China, Yang Chuantang, Menhub Jonan menyampaikan hal serupa. Dirinya juga meminta agar Kementerian Perhubungan Cina memberikan jaminan terkait perubahan standar teknis serta teknologi yang digunakan pada kereta api cepat Jakarta-Bandung.
"Jika ada perubahan standar teknis dan teknologi yang digunakan, semisal terkait kecepatan yang berubah dari semula 250 menjadi 350 kilometer per jam, kami harus diberitahu lebih dulu. Dan itu diketahui serta dijamin oleh Kementerian Perhubungan Cina. Agar kereta api cepat Jakarta-Bandung itu, benar-benar nyaman dan aman digunakan. Jangan perubahan itu dilakukan begitu saja saat pembangunan berjalan, tanpa pemberitahuan dan jaminan dari regulator Cina," ujar Jonan.