Revolusi (Cacat) Mental


Namanya sih keren... Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB).

Yang ada dalam gambaran otak saya setelah mendengar nama itu tentu saja ini adalah lembaga yang akan serius untuk melakukan "bersih-bersih" terhadap prilaku abdi negara yang selama ini berkonotasi negatif: Sok penting, bertele-tele, mata duitan, dsb.

Ternyata prilaku buruk tsb tidak banyak berubah di rezim yang senantiasa membanggakan slogan kerja...kerja...kerja... ini, tapi faktanya hanya banyak omong belaka. ‪#‎OMDO‬

Lihat saja surat dari Kementerian PAN-RB ke Kementrian Luar Negeri yang 'mengemis' fasilitas untuk kolega sang menteri yang bocor ke publik. (Bocor...bocor...bocor).

Saat menonton berita di TV ONE semalam, saya terkejut dengan rekaman keterangan salah seorang staf di sekretariat Kementerian PAN-RB (atau apalah namanya, dan saya jg tidak mencatat namanya) saat dikonfirmasi perihal kebenaran surat tsb oleh wartawan dari TV tsb.

Saya mencatat setidaknya ada 3 point yang disampaikan oleh orang tsb.

(1) Pertama, dia mengakui bahwa surat itu adalah BENAR dan ASLI dikeluarkan oleh sekretariat Kementerian PAN-RB dgn maksud sebagaimana tertulis.

Komentar saya:
Ini merupakan bentuk penyelewengan wewenang dan jabatan. Karena apa dasar hukumnya hingga kolega sang menteri dan keluarga bisa mendapat fasilitas negara ketika berkunjung keluar negeri?

Bukankah diawal-awal menjabat, sang menteri langsung membuat gebrakan dengan Surat Edaran yang melarang pejabat negara, pusat hingga daerah, untuk menggunakan fasilitas mewah dalam menjalankan tugas, termasuk akomodasi dalam rapat dan dinas?

Ini jelas-jelas ada "NIAT" untuk melakukan penyelewengan wewenang dan jabatan. (KPK mana...KPK??)

(2) Kedua, orang itu menjelaskan bahwa yang menandatangani surat tsb adalah atasannya langsung. Dan dia mengenal sang atasan sebagai orang yang teliti dan selalu melakukan pengecekan sebelum menyetujui dan menandatangani segala sesuatu.

Hanya barangkali saat itu karena lelah akibat beban kerja yang berat dan sudah diluar jam kerja, maka beliau khilaf sehingga langsung menandatangani surat itu tanpa membaca dan meneliti lebih dalam.

Komentar saya:
Hahaha.... dagelan apalagi ini? Jawaban khas penjilat demi melindungi muka sang atasan?

Berapa kali lagi kami harus mendengar pejabat yang (mengaku) khilaf dan tidak membaca surat yang sudah mereka tandatangani?

Apa prilaku ini karena mencontoh 'atasan yang paling atas' yang sudah beberapa kali menandatangani surat lalu kemudian mengatakan: "I don't read what I sign", ketika ramai di publik?

Inikah hasil revolusi (cacat) mental itu?

(3) Ketiga, orang itu mengatakan bahwa Menteri PAN-RB, Yuddy Chrisnandi, tidak mengetahui sama sekali perihal surat yang akhirnya bocor ke publik tsb.

Komentar saya:
Ciyuuusss.....???? Bukankah di surat itu jelas2 tertulis:

"Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Bapak Menteri PANRB mohon bantuan kiranya Konsulat RI di Sydney dapat menyediakan fasilitas berupa akomodasi dan transportasi selama Sdr. Wahyu Dewanto dan keluarga berada di Sydney."

Jika memang benar. Sekali lagi jika memang benar.... bahwa Menteri Yuddy Chrisnandi tidak mengetahui sama sekali surat itu, maka ini merupakan pencantutan nama pejabat negara untuk kepentingan pribadi. Mirip pencatutan nama 'papa' di kasus papa minta saham yang ramai beberapa waktu lalu.

Menteri Yuddy Chrisnandi sudah selayaknya marah besar dan melaporkan kasus ini ke Kepolisian, sebagaimana dulu beliau melaporkan seorang guru honorer ke Kepolisian karena diancam melalui SMS.

Sebab ini juga merupakan sebuah ancaman. Ancaman terhadap harga diri dan kehormatan seorang Yudhy Chrisnandi. Sang Menteri PAN-RB. Laporan ini juga penting agar publik mengetahui siapa yang BERBOHONG?

Note: TAMBAHAN.

Seandainya.... sekali lagi seandainya. Seandainya, yuk berandai-andai...

Seandainya Surat itu berasal dari Fraksi PKS yang ditujukan ke Setjend DPR agar memberi fasilitas ke keluarga Fahri Hamzah yang sedang berkunjung ke luar negeri, kira-kira seperti apa ya guys beritanya di media sekelas Tempe dan Kempes?

Saya meprediksi akan ada talk show pada acara mata dajjal di Metro Tipu yang akan membahas secara tajam, tuntas, dan dramatis tentang penyelamatan uang negara.

Hahaha.... inilah Indonesia.

[catatan pagi seorang penumpang setia KRL Commuterline yang bergoyang dalam himpitan kaki-kaki perkasa.]

Jumat, 01-04-2016

Erwin Al-Fatih