[portalpiyungan.com] Beredar informasi perihal keterlibatan CIA dibalik dua peristiwa penting di Turki.
Pertama, peristiwa 24 November 2015 pada saat penembakan pesawat Rusia Sukhoi Su-24M pesawat pembom Rusia yang diarahkan ke Suriah.
Kedua, 15 Juli 2016 pada saat rencana pembunuhan Presiden Erdogan di atas udara ketika akan kembali ke Istanbul; dua pilot yang sama berusaha menembak pesawat Erdogan.
Namun usaha tersebut gagal karena ada perintah untuk membatalkan misi atas permintaan langsung dari otoritas militer NATO.
Jenderal John F. Campbell mantan komando NATO dianggap sebagai aktor dibalik Kudeta militer yang gagal di Turki, Jenderal pensiunan Amerika tersebut diketahui telah membiayai sebesar 2 Milyar USD untuk kudeta militer tersebut melalui jaringan CIA yang ada di Ankara.
“Jutaan dolar uang telah ditransfer dari Nigeria ke Turki oleh sekelompok personel CIA. Uang yang telah didistribusikan ke tim khusus 80 (yang telah dipengaruhi CIA), digunakan untuk meyakinkan para jenderal pro-kudeta. Setelah mereka mengambil uang dari rekening bank, tim jaringan CIA dikirim ke para teroris di bawah baju militer. “
Pemerintah Turki dan Presiden Erdogan menggunakan ini sebagai dalih untuk menekan AS dalam upaya untuk mendapatkan Gullen diekstradisi.
“Presiden Erdogan telah berusaha sangat keras untuk memburu (orang) yang terkait, loyal atau berhubungan dengan Gulen saat ini di Turki.”
Washington kemudian menolak tuduhan bahwa Campbell adalah dalang di balik kudeta, melalui sekretaris pers Gedung Putih Josh Earnest yang mengatakan tuduhan itu tidak terhadap berdasarkan hukum.
CIA memang berada di balik huru-hara yang ada di Turki, mempengaruhi kepala staf angkatan udara Turki hingga membiayai kudeta yang gagal di Turki.
Dan hal ini Terungkap dengan sendirinya, salah satunya melalui keterangan dua pilot yang menjadi titik awal diketahui keterlibatan CIA dibalik kudeta yang gagal tersebut.
Alasan keterlibatan CIA karena hubungan yang dibangun Rusia dan Turki termasuk soal keamanan dengan akan diberikannya S-500 kepada Turki.
Meskipun hampir tidak dikenal orang Barat, laporan ini menjelaskan, S-500 adalah senjata yang paling ditakuti dari jenisnya di dunia dan secara bersamaan dapat mencegat hingga sepuluh rudal balistik dan hipersonik dan mampu mencari target pada ketinggian sampai dengan 200 kilometer (lebih dari 120 mil) dapat mencegat pesawat dan UAV, serta menghancurkan satelit-bumi dengan orbit rendah serta dengan kemampuannya untuk beroperasi pada saluran radio yang super tak terdengar , membuatnya tahan terhadap semua tindakan pencegahan.
Ketakutan amerika dan sekutunya termasuk NATO terhadap rencana Rusia dan Turki, dianggap menjadi alasan dibalik terjadinya kudeta militer yang gagal di Turki; hingga penggunaan jaringan CIA untuk infiltrasi ke militer di Turki sebagai pelaku dibalik kudeta yang dilakukan.
Penulis: Adityawarman/PP