Peristiwa di Tanjung Balai, dalam kacamata kaum liberal selalu dikaitkan pada persoalan Toleran dan Intoleran; dengan menjadikan kaum Muslim yang mayoritas selalu menjadi pihak intoleran.
Intolerannya kaum mayoritas kepada minoritas; itulah komentar kaum Liberal menilai peristiwa Tanjung Balai yang terjadi kemarin, tapi anehnya, background mereka (kaum liberal) adalah Intelektual Muslim.
Setiap persoalan selalu ada sebab dan akibat; tidak ada asap kalau tidak ada api, begitupula apa yang terjadi di Tanjung Balai.
Lalu mengapa kaum Liberal ‘otaknya’ selalu menempatkan umat muslim sebagai pihak yang tersalahkan? Issu intoleran selalu menjadi senjata yang selalu dibawa oleh mereka (kaum liberal).
Dan penggiringan opini, dengan menyalahkan suara Adzan dengan mamakai pengeras suara pun dibangun sebagai penyebab yang harus dikritisi habis; suara adzan dengan pengeras suara di masjid adalah bukti intoleran nya kaum mayoritas, katanya.
Mereka (kaum liberal) selalu menjadi duri dalam daging dalam tubuh umat Islam, bahkan cenderung mendistorsi pemikiran para kaum muda muslim dengan jualan pluralisme, toleran, agama semua sama.
Duri yang berusaha eksis dengan menyakiti hati umat Islam sendiri, menempatkan dan menggunakan otak intelektual mereka demi agenda agenda meliberalisasi Islam.
Kaum Liberal selalu menanam kebusukan di setiap peristiwa peristiwa yang memojokan kaum Muslim, dengan mengatakan inilah akibat ajaran ajaran kaum fundamentalis, feodal, kolot dan kuno (usang).
Mereka seolah menempatkan diri sebagai solusi bagi umat, dengan pola pikir liberal tanpa batas dan tanpa aturan yang mengikat dalam Islam serta menjual issu kebebasan berpikir dan memaknai semua ajaran Islam sesuai versi modern ala mereka (liberal).
Logika sepatu selalu mereka pakai ketika ada peristiwa yang memojokkan umat Islam dalam posisi yang disalahkan; ibarat sepatu yang disesuaikan dengan nomor nomor ukuran yang sudah dibuat (standar), begitupula otak kaum liberal dalam berlogika.
Menyesuaikan diri sesuai agenda agenda yang mereka miliki; hari ini soal intoleran, esok soal pluralisme, esok nya lagi soal penafsiran usang seperti sepatu sepatu yang dibuat dengan keperluan yang berbeda beda.
Semua sesuai agenda dan standar ganda yang sudah ada didalam S.O.P. otak liberal mereka, intinya bagaimana duri bisa memberikan dampak yang ‘menyakitkan’.
Ibarat sepatu, Umat Islam pun harus berani bersikap; menggunakan sepatu pada tempatnya, yaitu diinjak disemua medan perjalanan, seperti ‘injaklah’ logika kaum liberal.
(by Adityawarman @aditnamasaya)
Sumber: lingkarannews