(Presiden Joko Widodo bertemu dengan sejumlah pengurus Gereja Injili di Indonesia (GIDI) di Istana Merdeka, Jumat, 24 Juli 2015, pasca kerusuhan Tolikara Papua)
[portalpiyungan.com] Sabtu (30/7/2016) dini hari, wilayah Tanjung Balai, Sumatera Utara mencekam. Massa yang bergerak secara sporadis melakukan serangan ke berbagai tempat ibadah yang berhubungan dengan etnis Tionghoa.
Tak ada korban jiwa, namun kerugian ditaksir mencapai miliaran Rupiah. Beberapa Vihara Buddha dan Kelenteng dibakar atau dirusak. Mobil-mobil yang terparkir juga dihancurkan massa.
Kerusuhan ini awalnya dipicu seorang warga etnis Tionghoa, Herlina (46), istri dari Hong Tui warga Jalan Karya, Kelurahan Tanjungbalai 1, Kecamatan Tanjungbalai Selatan, yang disebut-sebut memaki seorang imam yang sedang mengumandangkan adzan salat Isa di masjid Al Maksum Jl.Karya Tanjungbalai tepatnya di depan rumahnya sendiri.
Akibatnya massa melampiaskan kemarahannya dengan merusak rumah warga chinese yang keberatan dengan suara azan tersebut dan beberapa vihara di Kota Tanjungbalai dibakar.
Peristiwa ini memancing komentar berbagai netizen agar pemerintah segera menyelesaikan konflik SARA.
Diantaranya ada yang meminta pemerintah pusat meniru kembali kebijakan penyelesaian kasus pembakaran tempat ibadah di Tolikara.
Saat itu pasca kerusuhan, Presiden Joko Widodo mengundang perwakilan kelompok GIDI (yang dinilai bertanggung jawab atas penyerangan kepada umat Muslim pada shalat Idul Fitri 2015) ke istana.
"Kita tunggu saja, apakah warga yang membakar kelenteng (dan Vihara) ini akan diundang ke istana Presiden sebagaimana pembakar mushalla di Tolikara," ujar Ustadz Anshari Taslim di akun facebooknya.
Ustadz Anshari menilai penyerangan tempat ibadah oleh massa di Tanjung Balai adalah tindakan yang salah, namun ia berharap adanya sikap pemerintah pusat yang sama seperti kasus Tolikara (dalam meredam konflik SARA).
"Iya jelas ini salah (perusakan Vihara dan Kelenteng), sama dengan salahnya yang membakar (mushala) di Tolikara, cuma pengen lihat apakah ada perbedaan perlakuan apa tidak," katanya.
Namun, netizen pesimis perlakuan Presiden Jokowi pada kasus kerusuhan Tanjungbalai akan sama dengan sikap Jokowi pada kasus pembakaran masjid Tolikara Papua yang dilakukan jemaat GIDI.
"Gak bakal diundang ke istana kayaknya ustadz.. yg ada mungkin malah diteriaki teroris, intoleransi, arogan dll..," komen netizen Yuni Ummu Aisyah.
"Kalo muslim, paling banter diajak kapolsek tadz, makan2 di sel, g sampai diundang presiden ke istana," netizen Diq Djonoe menanggapi.