Eksekusi mati terpidana kasus narkoba Freddy Budiman menyingkap berbagai informasi besar yang gegerkan publik.
Hal ini setelah Harris Azhar, Koordinator Kontras, menulis panjang cerita pengakuan Freddy Budiman, salah satu bandar kakap. Tulisan Harris atas pengakuan Freddy Budiman mengungkap fakta-fakta yang jarang diketahui banyak orang.
(Baca: Sebelum Eksekusi Mati, Freddy Budiman Bongkar Pejabat Terlibat Jaringan Narkoba)
Tulisan Harris Azhar pun beredar luas, melalui media online maupun jejaring media sosial dan Whatsapp.
Sampai-sampai Kapolri Jenderal Tito Karnavian memerintahkan Kadiv Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar menemui Haris Azhar, terkait dengan tulisan dan pengakuan terpidana mati Freddy Budiman. (link: Tempo)
Haris Azhar menegaskan apa yang telah ditulisnya, tentang pertemuannya dengan terpidana mati Freddy Budiman adalah hal yang benar.
Haris juga siap mempertanggung jawabkan apa yang disampaikannya kepada publik. Apalagi tulisan tersebut sudah diposting di website Kontras dan dikutp beberapa media online.
“Tulisan tersebut saya bikin, saya susun baru pada hari Senin yang lalu. Saya dapati (pertemuan dengan Freddy Budiman) pada tahun 2014 di tengah masa kampanye pilpres, saya berkesempetan diundang salah satu pelayanan rohani suster Royani,” cerita Haris di Kontras, Jakarta, Jumat, (29/72016) malam, dikutip RMOL.
Dia menjelaskan, setelah bertemu dengan pimpinan LP di Nusakambangan bernama Sitinjak, lalu ia bertanya soal tantangan memimpin Lapas Nusakambangan. Kemudian, datanglah pejabat BNN yang Haris tidak tahu apa jabatannya, kemudian menanyakan kepada Sitinjak perihal dua kamera pengawas di sel Freddy Budiman dan John Kei.
“Ada juga cerita bagaimana misalnya duit untuk LP harus dikurangi dalam jumlah yang signifikan sampai puluhan juta karena digunakan untuk kampanye pilpres 2014,” kata Haris.
Dalam pertemuannya dengan Freddy Budiman, Haris mendapatkan informasi bagaimana praktek peredaran narkoba Freddy selama ini. Freddy, kata Haris, bahkan menyebut ada orang BNN, Polri dan juga petinggi TNI yang mobilnya digunakan untuk membawa narkoba.
“Petinggi TNI itu bersama dia (Freddy) mengangkut narkoba,” kenang Haris.