Erdogan Kecam Amerika yang Lebih Peduli Pada Nasib Pelaku Kudeta


ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam para pemimpin Barat terutama Amerika karena gagal menunjukkan solidaritas untuk Ankara atas upaya kudeta di Turki. Erdogan mengatakan negara-negara Barat lebih khawatir tentang nasib para pelaku kudeta daripada demokrasi.

Berbicara di istana presiden di Ankara pada hari Jumat (29/7), Erdogan mengatakan para pemimpin Barat yang mengkritik reaksi pemerintah Turki atas upaya kudeta 15 Juli harus “memikirkan urusan mereka sendiri”.

“Ketika lima sampai 10 orang meninggal dalam serangan teror, Anda [negara-negara Barat] 'membakar' dunia,” katanya.

“Tapi bila ada upaya kudeta terhadap presiden Republik Turki, yang selalu melindungi sistem parlementer yang demokratis dan yang terpilih dengan 52 persen suara dalam pemilihan umum, bukannya berpihak pada pemerintah, Anda berpihak pada pelaku (kudeta).”

Sebelumnya, Erdogan mengkritik kepala komando umum AS Jenderal Joseph Votel yang menyatakan bahwa tindakan keras Turki (menangkapi para jenderal dan tentara pelaku kudeta) setelah usaha kudeta yang gagal telah merugikan usaha memerangi ISIS.

Pada hari Kamis, berbicara di Aspen Security Forum, sebuah forum think tank, di Colorado AS, Jenderal Joseph Votel mengatakan: “Kami sudah pasti memiliki hubungan dengan banyak pemimpin Turki – pemimpin militer pada khususnya.” “Saya prihatin tentang dampak kudeta pada keberlangsungan hubungan,” kata Votel merujuk kepada beberapa pejabat Turki – yang sekarang di penjara – karena peran mereka dalam upaya kudeta.

“Saya prihatin bahwa hal itu akan berdampak pada tingkat kerjasama dan kolaborasi yang kami miliki dengan Turki yang telah berjalan baik,” kata Joseph Votel.

Sebagai tanggapan, Erdogan mengecam Votel, mengatakan Jenderal AS tidak berada pada posisi yang tepat untuk menyatakan komentar tersebut dan mencampuri urusan internal Turki.

"Apakah Anda orang yang memutuskan hal ini [hukuman penjara]? Anda siapa? Anda harus tahu tempat Anda," kata Erdogan.

“Alih-alih berterima kasih pada pemerintah [Turki] yang telah menggagalkan upaya kudeta, dan [mempertahankan] demokrasi, Anda berdiri mendukung putschists (komplotan kudeta),” kata Erdogan.

"Jenderal AS [Joseph Votel] berdiri di samping komplotan kudeta ‘dengan kata-katanya’. Dia mengungkapkan siapa dirinya melalui pernyataannya," kata Erdogan, saat ia mengulangi tuntutan kepada AS untuk mengekstradisi Fethullah Gulen, yang saat ini tinggal di Pennsylvania AS.

Erdogan juga mengecam Washington karena menampung Fetullah Gulen, yang menjadi dalang dalam upaya kudeta mematikan.

Pemerintah Turki telah berulang kali mengatakan upaya kudeta yang mematikan, yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa setidaknya 246 orang dan melukai lebih dari 2.100 orang, dilakukan oleh kelompok Gulen.

"Anda tidak pernah bisa menipu rakyat kami. Rakyat kami tahu siapa yang terlibat dalam plot ini, dan siapa yang menjadi dalang. Dengan pernyataan tersebut, Anda hanya mengungkapkan siapa diri Anda. Rakyat Turki tidak akan dapat ditipu," kata Erdogan.

"Pidato Erdogan hari ini (Jumat) isyarat bahwa politik Luar Negeri Turky ke depan akan lebih dinamis, terutama terkait hubungan dengan Amrik," ujar Hasmi Bakhtiar, pengamat dunia internasional yang tengah menempuh S2 HI di Lille.

Sumber: Al Jazeera, Anadolu Agency, MiddleEastUpdate