MEMAHAMI STRATEGI GULEN


Memahami Strategi Gulen:

Masih ngomongin kudeta Turki? Sekarang yang berantem antara pro-pemerintah vs pro-Gulen. Orang Indonesia, padahal. Saling tuduh, saling sebar ini-itu.

Yang membela Gülen biasanya mencuplik dari artikel lain, pernah bertemu atau berinteraksi dg Gulenist, mendapatkan bantuan pendidikan dari kelompok tsb. Jika benar apa yang dibelakan, lalu mengapa mayoritas rakyat Turki tidak membela gerakan ini?

Saya tergelitik untuk bertanya kepada orang Turki dari kalangan yang tidak pro-Erdogan, sekuler, dsb. Jawaban mereka hampir seragam --mirip dengan apa yang ditulis dalam artikel ini-- bahwa ada yang salah dengan gerakan ini: Yang salah bukan kebaikan yg mereka sebar, tapi cara mereka merebut kekuasaan atau posisi tertentu. Halal menggunakan berbagai macam cara.

Ini susah dipahami untuk mereka yang non-Turkish (bukan orang Turki).

Kalau mau tahu apa hubungannya Gulenist dengan kudeta kemarin? Lalu bagaimana sih strategi Gulenist menginfiltrasi pemerintahan, khususnya militer, silakan baca ini dulu. Apa sebelumnya Gulenist pernah terlibat kudeta? Sila baca ini dulu.

Demikian disampaikan Herriy Cahyadi (Studies PhD in International Relations at Istanbul University).

Berikut terjemahan Artikel dari link asli yang diterbitkan oleh SETA PERSPECTIVE: http://ift.tt/2acbzx7


Understanding the Ideational Sources of the Terrorist Coup Attempt
(Memahami Sumber Ide dari Percobaan Kudeta Teroris)

• How does the Gulenist infiltration strategy work?
• Have the Gulenists attempted any takeover before?
• What is the Gulenist link to the failed coup attempt?


THE GULENIST INFILTRATION STRATEGY (Strategi Infiltrasi Gulenist)

Sebuah hambatan besar dalam memahami permainan Gulenist dan keterlibatan mereka dalam percobaan kudeta berasal dari ontology gerakan ini. Orang luar bingung mengenai organisasi dan metode operasi mereka karena sifat mereka yang penuh rahasia, operasi yang mirip kultus, struktur berbasis sel, hierarki ketat, dan penggunaan luas dari penipuan. Tetapi, bagi mereka yang hidupnya pernah bersinggungan jalan dengan kelompok ini (terlepas dari sejauh apa persinggungan ini), metodologi rekrutmen dan infiltrasi Gulenist adalah pengetahuan umum. Sudah jelas bahwa mereka telah membangun landasan untuk pengambilalihan secara penuh dari Negara selama beberapa dekade. Mempertimbangkan pangkat dari para perwira militer yang tertangkap, termasuk para jendral, seseorang dapat berargumen bahwa organisasi terror ini telah beroperasi didalam militer Turki dengan berbagai kapasitas setidaknya sejak pertengahan 1980-an. Mereka telah mengikuti 3 strategi utama untuk mengembangkan pengaruh dan kapasitas operasional mereka di militer: infiltrasi, perubahan, dan pembentukan persekutuan.

Meskipun bagi banyak orang ini merupakan pengetahuan yang umum, percobaan kudeta pada 15 Juli membuktikan diluar segala keraguan bahwa Gulenist tak hanya menginfiltrasi tentara. Jelas bahwa mereka mempertimbangkan birokrasi sipil, peradilan, dan organisasi-organisasi non pemerintah sebagai sarana untuk mengembangkan pengaruh mereka terhadap masyarakat dan Negara Turki. Tetapi, militer menempati sebuah tempat special didalam daftar prioritas kelompok ini. Ini utamanya karena Fethullah Gulen memiliki sebuah kedekatan yang menarik dengan rezim kudeta dan junta yang ia yakini memiliki keputusan terakhir dalam politik Turki meskipun bertahun-tahun demokratisasi khususnya selama era partai AKP. Sebagai contoh, setelah pendahuluan literature terhadap kudeta 1980, Gulen mendeskripsikannya sebagai sebuah kebangkitan kembali dan pos terakhir dari harapan bangsa dan memberikan penghormatan tinggi kepada militer.

Dia memuji salah satu ketua arsitek dari kudeta “post-modern” pada 28 Februari, Cevik Bir, dalam sebuah surat yang ia tuliskan pada 1997 akhir. Meskipun meningkatnya kekuasaan politik sipil dibawah kekuasaan AKP, Gulenist mempercayai bahwa angkatan bersenjata masih berada di pusat gravitasi dan jika semua upaya lain gagal, sebuah pengambilalihan melalui angkatan bersenjata bisa menjadi pilihan terakhir.

Salah satu inti dari strategi ekspansi dan kendali Gulenist adalah melatih para murid dari sekolah menengah hingga ujian-ujian sekolah militer. Murid-murid cerdas yang seringkali berasal dari latar belakang ekonomi yang tidak menguntungkan dipilih oleh kelompok ini, dan para tetua kelompok ini awalnya bersosialisasi, mendoktrin dan melatih mereka di berbagai apartemen yang dikhususkan untuk para kandidat sekolah militer. Di tahun-tahun awal, mungkin ada penekanan lebih besar terhadap kualitas mental dan fisik para murid. Saat kelompok ini mengembangkan pengaruh mereka didalam angkatan bersenjata dan mulai menduduki posisi-posisi penting, seperti kantor-kantor yang berkaitan dengan rekrutmen militer, tetapi, kelompok ini menjadi kurang selektif melihat bahwa mereka telah memiliki pengaruh lebih terhadap proses rekrutmen di angkatan bersenjata.

Para murid yang sukses memasuki angkatan bersenjata sudah didoktrin oleh penghubung mereka yang menggunakan kode nama dibanding nama asli mereka. Asisten kepada Kepala Staf Levent Turkkan menjelaskan proses ini secara jelas dalam pengakuannya. Ia menjelaskan bahwa ia berasal dari keluarga petani miskin, dan Gulenist pertama kali menghubunginya saat ia adalah murid sekolah menengah. Ia juga mengakui bahwa ia diberikan pertanyaan-pertanyaan ujian di malam sebelum ujian di sebuah rumah yang dimiliki oleh Gulenist, dan setelah ia diterima di sekolah militer, ia melanjutkan kaitan rahasianya dengan kelompok tersebut dan mengikuti berbagai perintahnya, termasuk menyadap mantan Kepala Staf Jenderal Necdet Ozel.

Gulenist juga membentuk kehidupan pribadi para murid dalam sebuah usaha untuk menjaga hubungan mereka dengan kelompok ini. Untuk ini, para murid berdoa secara rahasia dan membatasi hubungan mereka dengan keluarga mereka; Gulenist bahkan memutuskan mengenai perempuan yang harus mereka nikahi. Tindakan-tindakan ini memindahkan keraguan apapun mengenai keterlibatan Gulenist dengan murid-murid ini. Setelah mereka berada di Angkatan Bersenjata, mereka mengikuti perintah dari kelompok ini dan disaat yang sama mencoba untuk secara hati-hati memasukkan murid-murid yang sudah diterima kedalam milisi Gulenist.

Gulenist mencoba untuk mengubah baik murid-murid sekolah serta perwira militer. Para murid sudah didoktrin oleh Gulenist, seperti dalam kehidupan sipil, bersosialisasi dengan rekrutan-rekrutan potensial di sekolah dan diluar. Saat seorang murid dianggap siap untuk langkah selanjutnya, ia diperkenalkan kepada seorang penghubung (contact person) yang lebih tua diluar sekolah dan diundang ke sebuah rumah yang digunakan oleh Gulenist sebagai sebuah sel. Ia kemudian secara perlahan didoktrin menggunakan metode serupa dengan yang digunakan pada tahun-tahun sekolah menengah. Usaha-usaha pengubahan ini terkadang dilakukan dalam periode lebih dari tahun-tahun sekolah juga; sepertinya ada militant-militan kelompok ini yang diubah pada periode selanjutnya dari kehidupan mereka melalui pertemanan dan pernikahan.

Gulenist juga dikenal karena membuat persekutuan dengan berbagai individu yang pragmatis dan memiliki agenda pribadi yang dapat dimajukan melalui sebuah aliansi dengan kelompok ini. Bagi banyak perwira di angkatan bersenjata, Gulenist dikenal sebagai sebuah clique (kelompok) yang kuat yang berpengaruh dalam berbagai keputusan penting didalam angkatan bersenjata mengenai berbagai isu seperti promosi. Karenanya, sebuah aliansi/persekutuan dengan atau ketundukan pada clique Gulenist didalam militer memiliki implikasi langsung bagi para perwira yang menginginkan promosi cepat atau penunjukan pada posisi tertentu.

PREVIOUS TAKEOVER ATTEMPTS (Usaha-usaha Pengambilalihan Sebelumnya)

Meskipun Gulenist telah berada di tajuk utama karena percobaan kudeta 15 Juli, harus diketahui bahwa ini bukanlah percobaan pertama mereka untuk melakukan pengambilalihan total atau sebagian – jelas, tetapi, ini merupakan yang pertama kalinya mereka memobilisasi para pengikut militant mereka di angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk mengambil alih Negara secara penuh. Tetapi, mereka telah mencoba dan gagal setidaknya dua kali sebelum dibawah berbagai kapasitas dan menargetkan berbagai cabang berbeda dari pemerintahan. Upaya terbuka pertama mereka adalah pada 7 Februari 2012, saat para jaksa dengan kaitan kentara kepada Gulenist memanggil Hakan Fidan kepala Badan Intelijen Turki (MIT) untuk diinterogasi. Gulenist mencoba memecat Hakan Fidan dengan tuduhan yang serupa dengan pengkhianatan sehubungan dengan keterlibatan MIT dalam negosiasi dengan PKK (Kurdi). Upaya ini gagal saat Perdana Menteri waktu itu, Recep Tayyip Erdogan, memerintahkan Fidan untuk tidak memenuhi panggilan itu. Gerakan ini tak terduga dalam hubungan antara pemerintah dengan Gulenist karena ini pertama kalinya Gulenist secara terbuka menargetkan sebuah institusi penting seperti MIT sebagai sebuah papan seluncur untuk melakukan ekspansi. Ini juga tantangan publik pertama oleh Gulenist yang diarahkan terhadap pemerintah melalui penahanan dengan tujuan terhadap seorang birokrat penting.

Percobaan kudeta lebih luas dan secara langsung menargetkan pemerintah dengan sebuah kampanye yang melibatkan tuduhan-tuduhan korupsi palsu, pengungkapan gadungan (doctored whistle-blowing) dan propaganda media. Kali ini, pada 17 dan 25 Desember 2013, Erdogan secara terbuka berada di pusat upaya pengambilalihan. Para jaksa Gulenist menargetkan pejabat-pejabat penting AKP, birokrat, dan sejumlah pengusaha yang dekat dengan lingkaran AKP dengan berbagai tuduhan dan video dan audio palsu untuk mempermalukan pemerintahan partai AKP sebelum pemilu yang semakin mendekat. Ini pertama kalinya partai AKP secara terbuka mendeklarasikan bahwa Gulenist-lah yang ingin menggulingkan pemerintah dengan tuduhan-tuduhan palsu. Kemenangan electoral AKP sesudahnya mengonsolidasikan kekuatan AKP dan Erdogan terpilih sebagai presiden meskipun manipulasi Gulenist dan kampanye keras media. Pasca kegagalan dua percobaan dari pengambilalihan parsial atau sepenuhnya oleh Gulenist, sejak Desember 2013, pemerintah telah mengambil langkah-langkah ketat terhadap Gulenist termasuk penunjukan mereka oleh Dewan Keamanan Nasional sebagai sebuah organisasi teroris. Pasca penunjukan ini, pemerintah telah menangkap sejumlah Gulenist yang terlibat dalam penyadapan illegal, pencucian uang, spionase dan pembocoran berbagai dokumen dan pertemuan rahasia. Sebagai tambahan, sebuah perintah penangkapan dikeluarkan bagi pemimpin organisasi terror ini, Fethullah Gulen, dan ajudan-ajudan dekatnya.

THE JULY 15 COUP ATTEMPT (Percobaan Kudeta 15 Juli)

Sejak Desember 2013, aktivitas Gulenist awalnya dibatasi dan kemudian dilarang oleh otoritas Negara, dan sebuah perjuangan terbuka melawan pengaruh Gulenist di aparat keamanan, birokrasi sipil, institusi-institusi sipil, akademis serta angkatan bersenjata telah berlangsung. Tetapi, Gulenist didalam angkatan bersenjata umumnya tak tersentuh karena dinamika internal angkatan bersenjata. Turki juga telah bekerja mengisi sebuah permintaan ekstradisi bagi Fethullah Gulen yang telah tinggal di Pennsylvania, A.S. , sejak akhir 1990an. Setelah kegagalan percobaan-percobaan sebelumnya ada beberapa klaim mengindikasikan sebuah potensi percobaan kudeta di masa akan datang oleh para pengguna sosial media Gulenist ternama. Buronan-buronan Gulenist seperti Tuncay Opcin mengirim sebuah pesan ancaman melalui Twitter menyinggung soal pengambilalihan, sementara Emre Uslu menyebutkan Juli 2016 sebagai tanggal kembalinya ia ke Turki. Banyak personel angkatan bersenjata telah menunjukkan sifat Gulenist pada percobaan kudeta ini berdasarkan perkenalan-perkenalan mereka dengan para pengkudeta. Lebih lanjut, perwira polisi yang telah dipecat karena keanggotan mereka dalam organisasi terror Gulenist ditangkap oleh polisi dan warga sipil didalam berbagai tank dan kendaraan bersenjata memakai seragam militer. Saat interogasi para pengkudeta berlanjut, pengakuan-pengakuan muncul dalam membangun sebuah kasus kuat mengenai peran Gulenist dalam percobaan kudeta. Sejauh ini beberapa prajurit, termasuk Levent Turkkan, telah mengakui hubungan mereka dengan Gulenist; wajar untuk menduga lebih banyak pengakuan sejenisnya untuk muncul.

Pada 15 Juli, 2016, Gulenist memainkan kartu truf terakhir mereka dalam sebuah upaya untuk menggulingkan kepresidenan Erdogan dan pemerintahan AKP. Tingkat kekerasan tak terduga (dimana 246 telah tewas dalam kudeta -red) yang dilakukan oleh pengkudeta mengindikasikan tingkat keputusasaan pengkudeta untuk selamat. Dalam perkiraan dari pertemuan tahunan Dewan Tinggi Militer (yang dijadwalkan awal Agustus 2016 -red) dimana sebuah pembersihan besar-besaran para perwira Gulenist akan dilakukan, Gulenist bergegas untuk melakukan sebuah serangan terlebih dahulu (preemptive strike) terhadap pemerintah. Upaya ini gagal lagi dan telah menimbulkan pembersihan yang bahkan lebih ekstensif terhadap Gulenist dari angkatan bersenjata serta dari sektor-sektor pemerintahan lainnya.[]

Sumber: http://ift.tt/2acbzx7