[portalpiyungan.com] Seorang dosen Ilmu Filsafat UI, Rocky Gerung hari ini menuliskan sebuah twit menggelitik.
"Salah pilih itu sial. Bertahan pada pilihan yang salah, itu lucu. Udah sial, masih melucu," tulisnya sore ini, Selasa, 26 Juli 2016.'''
Bila ungkapan Rocky itu diaplikasikan dalam konteks pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 maka ungkapan tersebut akan sangat terasa pas dan menohok.
Gubernur DKI Jakarta Ahok yang kini semakin rajin berdusta, terutama menyangkut diskresinya yang memuluskan perluasan kekuasaan para cukong pengembang dan menambah pundi-pundi uang yang masuk ke kantong dengan cara mark up harga tanah dan berbagai proyek lainnya, tak dapat disangkal lagi merupakan sebuah kesalahan.
Memang, disadari atau tidak, rakyat Jakarta memang tidak pernah memilih Ahok. Rakyat Jakarta memilih Jokowi, yang saat itu berpasangan dengan Ahok. Rakyat Jakarta yang lugu percaya bahwa Jokowi akan menuntaskan amanahya dalam jangka waktu lima tahun sejak dipilih sehingga tidak ada peluang Ahok naik sebagai Gubernur menggantikan Jokowi.
Sayang sekali.Memilih Jokowi, yang akhirnya berarti memilih Ahok, membawa rakyat Jakarta pada sebuah kesialan.
Sial, karena Gubernur Ahok ternyata suka memaki dengan kata-kata kasar. Sial, karena Gubernur Ahok suka menggusur dengan cara-cara kekerasan yang tidak manusiawi hanya untuk memberi lahan baru bagi pengembang. Sial. karena Gubernur Ahok memanfaatkan proyek reklamasi untuk kepentingan cukong-cukong yang memodali Pilpres Jokowi. Sial, karena Gubernur Ahok yang kini telak terbelit kasus-kasus dugaan korupsi, masih berani mengusir seorang wartawan dari balaikota. Sial..sial..sial.. dan masih banyak sial lainnya.
Maka, jika kembali menengok pernyataan Rocky Gerung, akan jadi lucu bila publik Jakarta berusaha mempertahankan pilihan yang salah, atau bisa dibaca, akan jadi lucu bila warga Jakarta tetap mempertahankan Ahok.
Lucu, karena bila semua arogansi, dusta dan penyangkalan yang dilakukan Ahok tidak menggelitik nurani. Lucu bila publik Jakarta mematikan nalar dan masih memilih Ahok yang jelas-jelas terlibat dalam skandal korupsi. Lucu bila publik Jakarta masih percaya pada Ahok yang tega menikam Jokowi dengan mengatakan bahwa Jokowi tidak akan jadi presiden bila tak didukung pengembang.
Jadi bila publik Jakarta yang telah salah memilih pemimpin, janganlah bertahan pada pilihan yang salah. Masih ada banyak calon pemimpin yang mampu memimpin Jakarta dengan santun, cerdas bersih dan berwibawa. Jangan serahkan masa depan Jakarta pada tokoh serakah, arogan dan koruptif.