Warga Gaza: Tak ada pemimpin lain yang menaruh banyak usaha menolang Palestina selain Erdogan


[portalpiyungan.com] GAZA - Pasca blockade ketat selama bertahun-tahun yang diterapkan oleh Israel, Jalur Gaza telah dilepaskan dari sebagian pengepungannya setelah perjanjian rekonsiliasi yang ditandatangani antara Ankara dengan Tel Aviv.

Pembicaraan ini terjadi pasca 6 tahun tanpa diplomasi antara kedua Negara dan telah berujung dengan sebuah perjanjian yang diumumkan pada hari Senin (27/6) yang akan mengizinkan kehadiran bantuan kemanusiaan Turki di Gaza juga kompensasi yang akan dibayarkan Israel kepada para korban insiden Mavi Marmara berjumlah 20 juta dollar. Didalam konten perjanjian ini, Turki sekarang bisa bebas mengirim bantuan kemanusiaan menuju kota Palestina ini dimana warga Gaza dicegah untuk bepergial keluar Gaza dan perbatasan dengan Mesir dan Israel tetap tertutup.

Berbicara kepada media Turki Daily Sabah hanya sehari pasca Ankara dan Tel Aviv menandatangani perjanjian ini, warga Gaza mengekspresikan apresiasi dan rasa percaya mereka pada Turki karena mendukung perjuangan mereka dan mempertahankan hubungan diplomatik terendah selama perseteruan dengan Israel.

Meskipun blockade ini belum sepenuhnya dicabut, perjanjian ini akan memberikan kesempatan pada Turki untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan air minum dan listrik yang seringkali memengaruhi penduduk karena adanya pemotongan arus listrik dan masalah sumber air minum bercampur garam yang terus terjadi.

Sikap keras yang diambil administrasi di Mesir (rezim As-Sisi -red)  terhadap rakyat Palestina dan penutupan perbatasan dengan jalur Gaza adalah masalah yang serius dan semakin membuat frustasi warga Gaza, yang meminta dunia Arab untuk ‘mengambil pelajaran dari Turki dan Qatar’ dalam mengambil sikap bersama orang-orang yang membutuhkan. Tingkat pengangguran yang tinggi dan penolakan otoritas Palestina di Tepi Barat (pimpinan Mahmud Abbas) untuk membayar gaji mereka yang tidak mendukung gerakan Fatah, warga di Gaza menginginkan sebuah pemerintahan persatuan yang tulus yang akan bertindak dengan koordinasi untuk menolong mencabut blockade Gaza dan menghentikan kebijakan ekspansionis Israel di Tepi Barat dan Yerusalem.

Presiden Erdogan mengumumkan setelah perjanjian ini ditandatangani bahwa kapal bantuan pertama akan dikirim ke Gaza “sebelum Lebaran,” merujuk pada hari raya muslim yang diperkirakan akan jatuh pada  5 Juli. Erdogan menyebut bahwa Turki akan membangun ulang jalur listrik Gaza, menyediakan air minum dan memperhatikan kebutuhan makanan, medis dan perumahan mereka. Dia juga menggarisbawahi bahwa Turki akan melaksanakan rencana pembangunan sebuah kawasan industry di Tepi Barat.

Badan Pengembangan dan Kerjasama Internasional Turki (TIKA) yang berada dibawah kepresidenan Turki baru-baru ini meluncurkan sebuah proyek senilai 13 juta dolar untuk membangun 320 unit rumah di Jalur Gaza, bagi warga Palestina yang rumahnya dihancurkan dalam serangan militer Israel ditahun 2014. Ini merupakan satu dari ratusan proyek yang didanai oleh TIKA, mulai dari pelatihan keahlian bagi warga berkebutuhan khusus hingga sumur-sumur air di Jalur Gaza. Di Tepi Barat, TIKA telah membangun sebuah rumah sakit dan sekolah, dan menawarkan bantuan kemanusiaan seperti menyuplai kursi roda kepada mereka yang berkebutuhan khusus. TIKA telah menginvestasikan sekitar 400 juta dollar selama 10 tahun terakhir untuk berbagai proyek di Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem, serta di berbagai tempat lainnya di wilayah Palestina.

Berikut tanggapan warga Gaza yang disampaikan kepada jurnalis Daily Sabah:

Khalid Muhammed (46)

"Perjanjian yang baru-baru ini disetujui antara Turki dengan Israel akan sangat menguntungkan kami. Kelompok tertentu mencoba untuk menjelekkan Turki. Namun, kami tahu bahwa Turki adalah Negara yang sangat pintar. Sejauh yang saya perhatikan, langkah pertama menuju pencabutan blockade telah diambil dengan perjanjian ini."

Mahmoud Ramadan (31)

"Apa yang seringkali diinginkan rakyat Palestina adalah listrik. Memiliki listrik lagi akan menyelesaikan banyak masalah. Masalah terbesar sekarang adalah pemadaman listrik. Menyediakan suplai makanan disini berarti bahwa blockade telah dicabut. Ini merupakan sebuah langkah yang sangat positif."

Muhammed Khatib (37)

"Masalah terbesar kami adalah menemukan air. Depot air dan sumber air di Gaza berada dibawah pendudukan Israel. Turki mengambil langkah untuk menyelesaikan ini. Kenapa kami harus keberatan (dengan perjanjian rekonsiliasi ini) jika tujuannya adalah menyelesaikan masalah-masalah ini, menyediakan bangunan bagi mereka yang rumahnya dihancurkan dan warga Gaza dapat bernapas lega? Jangan lupakan bahwa Turki telah melakukan lebih banyak usaha dibanding Negara lain bagi Palestina. Tak ada pemimpin lain yang menaruh banyak usaha dari Presiden Recep Tayyip Erdogan. Kami sangat berterima kasih padanya."

Hisham Majid (29)

"Kami ingin berterima kasih kepada Turki atas usahanya dalam isu Palestina. Sangat signifikan bahwa Turki memiliki pendirian bersama umat islam, memberikan dukungan pada kami dan memahami apa yang kami alami. Turki banyak sekali menolong kami untuk mengatasi semua masalah yang kami alami. Juga, tak seorang pun boleh melupakan bahwa Turki punya kebijakan dan perencanaannya sendiri serta kepentingannya sendiri. Itu wajar."

Eyad Hassan (36)

"Turki merupakan Negara yang luar biasa. Turki, sebagai Negara pelindung, lebih signfifikan bagi kami dibandingkan Negara Arab lainnya. Apa yang saya dengar dari perjanjian ini sangatlah positif. Ini memberikan kami berita bagus bahwa blockade akan dicabut di Gaza sampai skala yang luas. Ini merupakan langkah yang sangat penting untuk menemukan solusi. Langkah ini akan membuat Palestina jadi lebih baik. Saya percaya Turki merupakan Negara islam yang paling jujur di kawasan."

Deputi Menteri luar negeri Otoritas Palestina Dr. Ghazi A. Hamid:

"Kami mengetahui dengan baik bahwa Turki memiliki posisi yang sangat bagus mengenai perjuangan Palestina dan dukungan mereka pada bangsa Palestina secara politik dan kemanusiaan. Kami mendapati Turki sangat jujur dan loyal terhadap perjuangan Palestina. Kami mempercayai mereka, dan kami percaya bahwa mereka bekerja demi kepentingan rakyat Palestina. Saat mereka ingin melakukan sesuatu, mereka mencoba untuk berhubungan dengan berbagai pihak berbeda, seperti Hamas dan Otoritas Palestina, untuk menaruh mereka dalam pertimbangan dan memahami situasi mereka dengan baik. Itu membuktikan bahwa mereka bekerja demi kepentingan rakyat Palestina, tak hanya demi kepentingan Turki.

Dengan perjanjian ini, mungkin kita akan mendapati berbagai pemikiran berbeda diantara orang-orang. Turki memiliki kalkulasi politiknya dan pertimbangannya sendiri dalam hubungan luar negeri. Tapi hal paling penting bagi kami adalah mengenai Gaza (didalam perjanjian). Kami tahu bahwa Turki bekerja sangat keras untuk menghapus pengepungan dan untuk memberi pertolongan lebih bagi rakyat Palestina dengan berbagai proyek mereka melalui TOKI, TIKA dan berbagai pejabat Turki yang datang ke Gaza. (perjanjian) ini mungkin bagian dari pertolongan Turki secara berkelanjutan untuk menolong rakyat dan usaha mereka untuk menghapus pengepungan di Gaza.

Kami tahu bahwa situasinya tidak mudah. Tak gampang bagi Turki untuk bernegosiasi dengan Israel karena mereka merupakan Negara penjajah. Mereka mencoba memeras dan mengambil keuntungan dari berbagai ketidaksetujuan untuk mencegah usaha apapun oleh Turki untuk menolong orang-orang disini. Tetapi, saya berpikir bahwa Turki telah sukses dalam melakukan sesuatu. Mengurangi penderitaan warga di Gaza, khususnya dalam bidang kelistrikan, air dan bantuan kemanusiaan, sangat menolong. Saya berharap ini merupakan langkah pertama untuk maju dan mencabut pengepongan dan blockade secara total dari Gaza.

Turki adalah Negara besar. Saya yakin mereka mampu bekerja di Gaza. Sayangnya, Negara-negara Arab tidak menolong kami, khususnya para tetangga kami."

Jamal al-Khoudar, Anggota Parlemen independen dan ketua Komite Popular Gaza melawan Pengepungan

"Turki telah memberikan 3 syarat untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Sebuah permintaan maaf, kompensasi dan mencabut blockade di Gaza. Turki masih berkomitmen terhadap syarat-syarat yang sama dan tidak mundur darinya. Israel telah meminta maaf dan setuju untuk membayar kompensasi. Mengenai pengangkatan blockade, menurut informasi yang kami terima, ini akan direalisasikan secara bertahap.

Saya yakin bahwa langkah ini akan berujung pada berbagai kesempatan lanjutan di masa depan, dan perjanjian serupa harus dibuat oleh Negara-negara lain di kawasan internasional. Untuk Turki, mereka telah mencoba yang terbaik, dan dengan proyek-proyeknya di Gaza dan dengan hubungan diplomatiknya, Ankara akan mencoba mengangkat blockade secara keseluruhan."

Dr. Ahmed Yousef, ketua House of Wisdom Institue yang berbasis di Gaza

"Kami harus mengatakan bahwa Turki merupakan Negara yang dapat dipercaya, dan (Recep tayyip) Erdogan adalah orang yang dapat dipercaya diantara para pemimpin Arab dan Muslim. Kami tak memiliki keberatan dari apapun yang ia putuskan demi Gaza ataupun kepentingan Turki. Dia adalah pria yang kami percayai, dan tak diragukan lagi, dia benar-benar ingin menolong rakyat Palestina. Dia berdiri bersama rakyat Palestina saat mereka diserang pada 2008, 2012 dan 2014. Turki mendukung mereka, dan Turki menentang agresi Israel. Mereka mencoba yang terbaik di tahun-tahun ini.

Mereka bisa saja menandatangani perjanjian ini setahun lebih awal, tapi Turki bersikeras soal pencabutan sanksi dan pengepungan Gaza sebagai sesuatu yang harus diraih. Kami memahami politik dan situasi di dunia Arab dan muslim sayangnya tidak cukup kuat. Rakyat bahkan, sayangnya, dikhianati oleh Otoritas Palestina dan juga beberapa tetangga Arab, yang menentang pembangunan pelabuhan di sini, di Gaza. Kami tahu bahwa Turki melakukan yang terbaik untuk melakukan sesuatu untuk melonggarkan hambatan dan penderitaan Gaza. Tapi lagi-lagi, sayangnya, rezimnya tidak menolong bersama dengan Otoritas Palestina dan beberapa Negara Arab.

Meskipun kami menentang normalisasi apapun dari Negara-negara Arab (dengan Israel) dan khususnya Turki, kami memahami sulitnya situasi Turki : mereka punya banyak masalah, termasuk terorisme dan konflik dengan Negara-negara tetangga, dan mereka ingin memenuhi kepentingan mereka sendiri. Kami memahami tantangan keamanan yang mereka alami karena berbagai tindakan PKK dan ISIS. Ini adalah ancaman besar bagi Turki, dan stabilitas dan keamanan sangat utama. Apapun yang dapat mereka lakukan untuk kepentingan mereka, kami mendukung Turki dalam situasi ini. Turki adalah Negara yang samasekali tidak mencurigakan bagi kami. Kami sepenuhnya mempercayai kepemimpinan Turki.

Apa yang mereka lakukan sekarang sangat menolong untuk meringankan penderitaan rakyat Palestina, dan kami tahu bahwa saat Turki memiliki hubungan diplomatic (dengan Israel), mereka akan terus bekerja untuk mengangkat semua sanksi secara penuh dari Gaza. Mereka akan melakukan yang terbaik untuk mencegah persiapan perang apapun melawan Gaza. Kami tak bermasalah dengan Turki dan kepemimpinan Erdogan. Apapun yang mereka putuskan untuk kepentingan politik, strategis atau keamanan mereka sendiri adalah demi memecahkan masalah mereka sendiri. Kami butuh Turki menjadi sebuah Negara yang kuat. Ada sebuah kampanye untuk menjelek-jelekkan Erdogan dan untuk melemahkan Turki sebagai sebuah Negara pusat dan kuat di kawasan. Turki adalah Negara muslim terkuat, dan disetiap saat mereka menjadi pemecah masalah bagi berbagai permasalahan di kawasan untuk Palestina."

Kapal bantuan Turki berlayar menuju Gaza dari Mersin


Sebuah kapal kemanusiaan dari Turki membawa 11 ribu ton suplai bantuan menuju Jalur Gaza telah berlayar dari pelabuhan Mersin di sebelah selatan Turki pada hari Jumat (1/7). Sebuah upacara pemberangkatan digelar di Mersin dengan dihadiri Deputi Perdana Menteri Veysi Kaynak, Menteri Pembangunan Lutfi Elvan dan Duta Besar Palestina untuk Ankara, Faed Mustafa. Kapal ini mengibarkan bendera Panama dan bernama “Lady Leyla,” dan telah dimuati dengan berbagai suplai bantuan termasuk nasi, tepung dan mainan sejak hari Rabu. Tindakan ini diambil pasca perjanjian rekonsiliasi yang dicapai antara Turki dengan Israel setelah 6 tahun perseteruan. Lady Leyla juga membawa 10 ribu ton dan 10 ribu paket bantuan dan makanan bagi anak-anak di Gaza melalui pelabuhan Ashdod di Israel, yang diperkirakan akan tiba disana dalam waktu 30 jam.

Sumber: Daily Sabah