RAHASIA KESUCIAN AHOK
by Zeng Wei Jian
Saya punya tiga orang teman. Nama mereka: Atek, Tejo, Ruben. Ketiganya Tionghoa, Kristen & tidak saling kenal. Setau saya, mereka apolitis. Namun ternyata sekarang mereka mendadak jadi Ahoker die-hard. Militan, tahan malu, tahan lapar dan sadiz. Tejo malah jadi kordinator pengepul KTP.
Atek paling parah. Emosinya naik saat diskusi soal Ahok. Dia bilang saya provokator & tukang fitnah. Ruben sempat berkata, "percuma loe belain gembel itu. Mereka gak bakal bantu kalo loe susah."
Di medsos, Tejo aktif jadi buzzer. Tukang bully politisi macam Sanusi, Haji Lulung dan YIM. Baginya semua politisi itu busuk dan korup. Tejo ga sadar, Ahok (juga) adalah politisi.
Ketiga teman saya itu sadar dan tahu bahwa saya kenal Ahok secara personal. Karena itu, mereka cukup berhati-hati dan tidak serampangan saat bicara soal Ahok. Mereka tanya mengapa saya kontra Ahok.
Saya jawab, "Tim medsos Ahok nyepin, framing, fabrikasi bahkan bikin pemelintiran berita."
"Contohnya apa?" tanya Atex dengan mencibir.
"Misalnya berita hoax soal pemerintah USA minta Ahok jadi walikota New York. Bila warga DKI rela serahkan Ahok maka seluruh hutang NKRI akan dibayarin," jawab saya.
"Haaah, memangnya ada berita kayak gitu?!" reply Atex.
Syahdan, Atex tidak tahu ada berita semacam itu. Saya sontak sadar bahwa Atex ini salesman Makarizo. Ruben pemilik poliklinik. Tejo juga salesman. Mereka terlalu sibuk untuk ikuti berita in detail. Mereka bukan aktifis tulen macam Wignyo Prasetyo atau Eq Edysa Tarigan. Mereka jadi easy prey bagi spin-doctors bayaran.
Di sini kunci rahasia "kesucian" Ahok. Tim medsos serta para buzzer pencari nasi bungkus gencar sebar berita glorifikasi Ahok. Perilaku mereka di cyber world; beringas, urakan, ngeyel, sok jago & stupid. Bila ada 10 berita dengan keyword Ahok, maka ada 9 berita hoax glorifikasi dan 1 berita fakta. Bila sudah seperti ini, dari perbandingan 9:1, maka tidak heran bila hanya berita bohong glorifikasi Ahok yang sampai di depan mata ketiga teman baik saya.
Menurut hemat saya, Tim Medsos Ahok terdiri dari core team, freelancer dan part-timer buzzer. Semuanya berbahaya dan merusak esensi freedom of speech. Tugasnya; ngebuzz dan ngebully rame-rame. Mereka ciptakan ribuan akun hantu, akun siluman dan ID abal-abal. Semuanya gak mutu.
Mereka ngga ragu (apalagi malu) mengklaim Sungai Mas Surabaya dengan heading news prestasi Ahok. Mereka jadi bengis dengan berapologetik, bahkan pro penggusuran inhuman. Empati mereka; lenyap. Dibuai bullshit Singapore as the best role model. Korban gusuran dianggap tidak lebih dari collateral damage dari mega proyek Shanghyang Adi Buddha Ahok.
Hoax-flood Ahok ini perlu diseimbangkan dengan fact news hurricane. Sayangnya, cyber army kelompok kontra Ahok masih terfragmentasi dan bersifat sporadis. Disamping tidak ada funding sebesar Podomoro sebagai donatur.
Kader PDI-P, Projo, Relawan Jokowi kontra Ahok masih punya gap dan hard-feeling dengan cyber fighter Gerindra, misalnya. Begitu juga dengan kelompok GMJ.
Ada baiknya, semua kelompok kontra Ahok menyatu dalam praxis menghancurkan hoax glorifikasi fool yang dimainkan tim medsos Ahokers. Bentuk "cyber united front". Gencarkan dan tingkatkan offensif attack. Sentimentalisme, sektarianisme dan clash romantism antara KIH vs KMP mesti dikesampingkan sebagai respon hadapi bahaya laten Ahok. Bukankah klik "Papa Minta Saham" Setnov sudah bercumbu mesra sama Ahok. Tentu saja, dengan harga mengkhianati TA, pemilik KTP, donatur jam dinding dan Balon Wagub Heru.
Ahok mesti diposisikan sebagai "kontradiksi utama". Tumbangkan dia sesegera mungkin. Hanya ada satu kata: LAWAN.***
*dari catatan penulis di fb