Sindiran Netizen: Koran KOMPAS Jika Terbit di Era Nabi Beritanya Akan Seperti Ini


Media nasional KOMPAS mendapat sorotan publik terutama Umat Islam karena berita-beritanya dinilai sangat tendensius terkait Umat Islam.

Belum lama di bulan Ramadhan, Kompas memblow-up berita tentang Ibu Saeni yang warungnya dirazia Satpol PP Serang Banten karena melanggar Perda Syariah terkait jam buka warung makan di siang hari bulan Ramadhan. Aturan yang sudah berlangsung bertahun-tahun dan tak ada gejolak di masyarakat tapi oleh media Kompas diblowup dengan framing sedemikian rupa sehingga menyudutkan Perda Syariah, menyudutkan syariat Islam dan Umat Islam. FPI akhirnya mendatangi kantor Kompas.

Rupanya Kompas tidak jera juga membuat berita tendensius terkait Islam dan Umat Islam. Terbaru, saat kudeta militer di Turki yang akhirnya gagal mendongkel Presiden Erdogan, Kompas membuat berita-berita tendensius terkait sosok pemimpin muslim Erdogan. Walau akhirnya, setelah mendapat protes dan tanggapan keras dari Umat Islam, Kompas akhirnya menghapus salah satu berita tendensius itu.

Ulah Kompas yang dinilai tendensius terhadap Islam dan Umat Islam ini memunculkan kritikan dari publik netizen.

Beberapa hari ini beredar di sosial media, salah satu bentuk kritik kepada Kompas dengan membuat "meme" koran Kompas seandainya Kompas terbit di era zaman Rasulullah SAW.

Pada Peristiwa Perang Badar.

Judul dan isi dari Kompas akan seperti ini: 

[BREAKING NEWS]

Ramadhan 2 H / Maret 624 M
Serangan Teroris di Badar, 70 Tentara Qurays Tewas

Sebuah serangan teroris brutal berlangsung di barat daya Madinah kemarin. Sekitar 70 tentara Quraisy tewas pada pertempuran termasuk beberapa tokoh penting Quraisy. Serangan ini telah dilakukan oleh Negara Islam, yang baru dibentuk oleh Muhammad bin Abdullah yang berbasis di Madinah.
Negara Islam ini telah berkembang sebagai ancaman dunia internasional.

Insiden itu terjadi setelah para teroris berusaha menyerang konvoi niaga yang dipimpin oleh Abu Sufyan yang bergerak dari Suriah ke Makkah. Teroris berencana menjarah konvoi, namun Abu Sufyan mampu menyelamatkan rombongan dengan memutar arah setelah mendapat laporan intelijen.

Berdasarkan laporan intelijen pula, pemerintah Quraisy yang berpusat di Makkah segera mengirim sekitar seribu personil tentara bersenjata lengkap untuk menyerbu para teroris yang berjumlah sekitar tiga ratus orang itu.

Aksi penyerbuan ini ternyata berakhir dengan kekalahan telak tentara Makkah yang dikomandani oleh jendral Abu Jahl. Pihak Quraisy mengalami kerugian besar dalam perang di Badr ini, dimana sekitar 70 tentara tewas dan 70 lainnya tertawan. Sedangkan teroris yang tewas hanya sekitar 14 orang.

Pemimpin Quraisy, Abu Sufyan mengatakan kepada media bahwa mereka akan menumpas sesegera mungkin para teroris yang dipimpin oleh Muhammad bin Abdullah ini. Ia berjanji akan menggalang kekuatan koalisi internasional untuk mengakhiri pemerintahan teroris Islam yang berpusat di Madinah itu.*